Popular Posts

Thursday, October 15, 2009

Kiriman Uang TKI Asal Cirebon Capai Ratusan Miliar

CIREBON : Jumlah kiriman uang dari tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui layanan Western Union (WU) di Kantor Pos Cirebon hingga triwulan ke tiga (Januari-September) tahun ini mencapai lebih dari Rp255,5 miliar.
Wakil Kepala Kantor Pos Cirebon Taupik Suhendar menyebutkan jumlah transaksi tertinggi terjadi pada bulan September atau selama bulan Ramadan dimana para jumlah transaksinya juga meningkat hingga 100% dibandingkan bulan biasa.
“Transaksi pada bulan Januari 2009 hanya mencapai 6.703 sementara bulan September naik menjadi 12.479 kali transaksi,” katanya.
Menurut Taupik, selama bulan Januari hingga Juli transaksi atau jumlah kiriman uang rata-rata mencapai Rp23-Rp24 miliar. Kiriman mulai naik pada bulan Agustus dan September.
“Pada bulan Agustus kiriman uang dari TKI mencapai Rp31,2 miliar dan kembali naik pada bulan September sekitar Rp41,274 miliar."
Taupik menjelang hari raya, transaski pengambilan uang dari kerabat TKI di kantor pos Cirebon naik hingga 200% sehingga dibuka loket pembayaran di dua tempat. Biasanya, kata dia, untuk melayani transaksi WU hanya dilakukan di satu loket saja.
Sementara terkait asal kiriman, menurut data di kantor pos tersebut, pengiriman terbanyak masih didominasi dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan Oman yang mencapai 60% lebih dari total pengiriman dan sisanya berasal dari Malaysia, Korea, dan Hong Kong. Sementara itu, pengiriman dari negara lain jumlahnya tidak terlalu signifikan.
Pengiriman uang para TKI diperkirakan akan turun pada bulan Oktober namun diperkirakan akan naik lagi menjelang Idul Adha, meski jumlahnya tidak akan setinggi kiriman saat lebaran.
Diakui Taupik, kiriman TKI sebenarnya bisa lebih besar lagi karena selain melalui kantor Pos, banyak TKI yang mengirimkan uang melalui bank.
Namun dipastikan, transaksi WU lebih banyak melalui layanan pos karena PT Pos sudah menjangkau hampir 100% persen kecamatan.
Sementara itu data secara nasional , transaksi WU melalui PT Pos selama tahun 2009 hingga bulan Juli mencapai Rp4,8 triliun dengan jumlah transaksi mencapai 1,5 juta transaski.
Transaksi WU hingga akhir tahun ini diprediksi bisa mencapai Rp 7-9 triliun.

Produksi Gula Jabar Turun

CIREBON : Produksi gula kristal putih milik petani tebu rakyat Jawa Barat yang dijual melalui system lelang pada tahun ini turun drastis jika dibandingkan dengan produksi tahun 2008 lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis, total gula hasil produksi petani tebu rakyat tahun ini termasuk yang akan dilelang hari ini (Jumat,9/10) tercatat mencapai 225.523 kuintal.
Jumlah produksi gula tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produksi tahun 2008 yang mencapai 373.185 kuintal.
Ini berarti produksi gula petani Jawa Barat pada tahun 2009 turun sebanyak 147.662 kuintal atau turun sebesar 65,47%.
Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Anwar Asmali mengatakan produksi gula tahun ini turun karena dua pengaruh utama yaitu berkurangnya lahan dan gangguan alam yang membuat turunnya rendemen tebu.
“Rendemen tebu petani yang menanam di wilayah timur Cirebon masih bagus bahkan naik, namun petani di wilayah barat Cirebon, seperti Majalengka turun,” katanya.
Anwar menyatakan rendemen tebu di tiga pabrik wilayah timur Cirebon yakni Karang Suwung, Tersana Baru dan Sindang laut tahun ini naik dari sekitar 6% menjadi 7%.
Sementara rendemen tebu untuk tebu yang digiling di PG Jatitujuh Majalengka tahun ini turun dua poin dari 8% menjadi sekitar 6%.
“Turunnya rendemen tebu berarti membuat hasil produksinya juga turun, ini menjadi penyebab utama produksi gula petani juga turun,” katanya.
Menurut Anwar, kecilnya rendemen karena gangguan alam terutama faktor kekeringan. Untuk itu dia berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan waduk Jati Gede untuk mengatasi persoalan kekeringan tersebut.
Penyebab semakin berkurangnya hasil produksi tebu rakyat lainnya adalah semakin berkurangnya lahan tanaman tebu.
Berkurangnya lahan tebu disebabkan banyak petani yang mengalihkan komoditas tanaman tebu dengan tanaman lain seperti padi.
“Sekitar 20% lahan tebu yang ditanam tahun 2007 dan 2008, pada tahun ini tidak lagi menanam tebu, petani memilih menanam padi atau komoditi lain,” ujarnya.
Selain perubahan komoditi tanaman, berkurangnya lahan juga karena sebagian lahan tebu berubah menjadi jalan tol.
Saat ini total lahan tanaman tebu rakyat di wilayah Jabar mencapai 12.000 hektare.
Meski demikian, kata Anwar, tahun ini petani tebu malah merasakan keuntungan besar dari tanaman tebu. Karena meski produktifitas turun namun petani tertolong oleh harga gula ditingkat lelang yang relatif tinggi.
Petani tebu yang merugi hanya dialami oleh petani yang menanam tebu di wilayah Majalengka.
Pada tahun 2008 lalu harga gula ditingkat lelang maksimal mencapai Rp5.100 per kg, namun pada panen tahun ini harga gula lelang bisa mencapai lebih dari Rp8.000 per kg.
Harga gula bahkan sempat mencapai yang tertinggi pada lelang ke tujuh yakni mencapai Rp8.605 per kg.
Anwar berharap dengan semakin membaiknya harga gula ditingkat petani maka tahun depan petani tebu yang mengalihkan lahannya untuk ditanami komoditas lain bisa kembali menanam tebu.
Sementara itu terkait produksi gula di lahan milik PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia), Anwar menyatakan belum menerima laporan secara utuh.
Sementara itu General Manager PG Jatitujuh Majalengka Bambang Eka menyatakan produksi gula dipabriknya sudah selesai sejak awal September lalu dengan total produksi mencapai 21.000 ton

Investor Saham Cirebon Bukukan Transaksi Rp111 Miliar

CIREBON : Nilai transaksi investor dari wilayah Cirebon yang bertransaksi di Pusat Informasi Pasar Modal (PIMP) PT Bursa Efek indonesia (BEI) perwakilan Kota Cirebon hingga akhir September 2009 mencapai Rp111,63 miliar.
Kuasa Perwakilan PIPM PT BEI wilayah Cirebon Ariffianto mengatakan transaksi yang dilakukan oleh investor saham asal Cirebon setiap bulannya terus meningkat baik dari segi nilai maupun jumlah investornya.
“Setiap bulan selalu saja ada investor baru yang masuk, September ada tiga yang masuk sehingga saat ini investor aktif mencapai 33 orang,”katanya.
Ariffianto mengatakan hampir setiap hari investor sering berkunjung ke PIPM untuk memantau perkembangan saham emiten yang diperdagangkan di bursa.
Terlebih jika terjadi fluktuasi harga pada saham tertentu, seperti halnya saham Bumi.
Menurut Arif, hampir semua investor di Cirebon memiliki saham Bumi, sehingga saat sahamnya terjadi gejolak banyak investor yang datang untuk terus memantau perkembangannya.
Dari dua perusahaan sekuritas yakni PT Trimegah Securities dan PT Wanteg Securindo rata-rata transaksi yang dilakukan investor setiap bulannya mencapai Rp15-Rp20 miliar.
Porsi transaksi terbesar masih dimiliki Trimegah Securitas yakni 80 %perbanding 20% dengan Wanteg.
Sementara itu Edison Hulu, Chief Economist PT BEI mengatakan Cirebon sebenarnya memiliki pengusaha yang sangat potensial untuk masuk dalam perdagangan bursa.
“Saya melihat perekonomian Cirebon relative maju, masih banyak pengusaha rotan dan batik yang kaya,” katanya.
Dia berharap perdagangan bursa saham oleh investor dari Cirebon akan terus meningkat.

Sandal Karet dari Plered dan Plumbon, Cirebon


Melintasi jalan raya pantura, tepatnya di sepanjang jalan by pass antara Plumbon --Plered Kabupaten Cirebon, di kanan dan kiri jalan sejumlah rumah toko (ruko) nampak tumpukan sandal busa (spon) warna-warni yang menggunung.
Sandal ditata tak beraturan dengan dibungkus plastik bening. Setiap bungkus berisi satu kodi pasang sandal.
Sementara sejumlah pekerja sedang memasukan sandal warna-warni berbagai ukuran dalam mobil box, siap untuk dikirim keluar Cirebon.
Plumbon dan Plered, sudah dikenal sebagai salah satu lokasi atau sentra produksi sandal. Meski bahan baku didapat dari luar daerah tersebut yaitu dari Tasik dan Tanggerang, namun diyakini warga setempat, produksi sandal terbesar berasal dari Cirebon.
Ada berbagai jenis sandal yang diproduksi, mulai dari sandal hotel,sandal mainan anak-anak, hingga sandal kulit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemkab Cirebon, industri sandal busa dan karet tersebut berkembang di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon dan Desa Panembahan Kecamatan Plered. Saat ini tercatat 200 unit usaha yang menyerap 2.000 lebih tenaga kerja Wawan Ermawan, salah seorang warga Plumbon yang masih tetap bertahan
dengan usahanya membuat sandal.
Dengan merek “Zebra Mandiri”, usaha rumahannya di Jl. Raya Kebarepan, Plumbon, dia dan istrinya May Hasanah sejak tahun 2000 mulai menggeluti usaha pembuatan sandal busa.
Rumahnya tidak terlalu besar, namun belasan pekerja kebanyakan ibu-ibu warga sekitar atau tetangga rumahnya nampak tekun sedang membuat sandal. Ada yang sedang mencetak, menggunting, mengelem dan membuat pola.
Saat ini sudah banyak langganan hotel atau dinas-dinas yang memesan sandal buatan mereka untuk souvenir bagi tamu atau pejabat yang berkunjung ke Cirebon.
“Alhamdulillah saya masih bisa bertahan dengan usaha sandal ini,” kata
May Hasanah.
Ucapan yang terkesan khawatir tersebut bisa dimaklumi, karena di sejak dia memulai usaha pembuatan sandal, sudah beberapa rekan sejawat yang bangkrut dan berpindah usaha lain.
“Ketekunan dan inovasi kuncinya,” tegas May Hasanah.
Menurut dia, usaha pembuatan sandal secara tradisional harus bisa bersaing dengan usaha serupa dengan skala pabrikan serta sandal impor asal China.
Cara tetap bisa bertahan di pasar, banyak inovasi yang dilakukannya.
Diantaranya menerima pembuatan sandal yang bisa dituliskan sebuah nama pemiliknya dari bahan karet.
“Sandal nama kini sedang tren, pesan satu pasang pun bisa kami layani,” katanya.
Wawan dan May Hasanah bisa memproduksi sandal berbagai jenis dan ukuran sebanyak 500 pasang setiap harinya.
Produksinya bertambah dua kali lipat saat menjelang Lebaran kemarin. Keuntungan lumayan pun berhasil didapat.
Sejumlah hotel di wilayah Cirebon yang mempercayakan pembuatan sandal hotel kepada mereka a.l. Hotel Zamrud dan Hotel Grage Sangkan Kuningan.
Kini setelah hampir sepuluh tahun menggeluti usaha pembuatan sandal, Wawan dan May Hasanah selalu diberikan kepercayaan oleh Pemkab Cirebon untuk ikut berpameran dalam berbagai event pameran lokal dan nasional.
Ketika ditanay apakah ada rencana untuk ekspor? mereka menyatakan masih ingin memenuhi pasar lokal saja.
Mereka masih enggan untuk ekspor sandal. Penyebabnya, mereka pernah ditipu oleh eksportir asal Nigeria.
“Dulu pernah dipesan orang Nigeria, tapi setelah barang dikirim pembayarannya sulit. Banyak alasan, mulai dari ukuran salah, warna tidak pas dan lain-lain. Sekarang kapok, Cukup main di pasar lokal saja.”

BB Gemini Diserbu Peminat

CIREBON : Peluncuran BlackBerry Gemini diperkirakan akan semakin meningkatkan pengguna BlackBerry termasuk di wilayah Cirebon.
Koordinator Direct Sales Indosat Cabang Cirebon Asep Wawan mengatakan pemesan pembelian BlackBerry Gemini hingga kemarin telah mencapai 6.000 orang.
"Indosat hanya menyiapkan 5.000 BB Gemini secara nasional, penawaran
sampai 24 Oktober tapi pemesanan sudah melebihi kuota," katanya.
Menurut Asep, pemesanan BB Gemini dilakukan melalui web site Indosat atau melalui kartu kredit HSBC sehingga peminat mudah untuk mendaftar.
"Untuk Cirebon mungkin masuk pesanan sekitar 100 orang."
Selain adanya varian baru dengan harga lebih murah dari varian sebelumnya, pengguna BlackBerry juga tidak khawatir dengan layanan sales service.
Perbaikan atas kerusakan hardware BlackBerry sudah bisa dilakukan di Jakarta tidak di Singapura. Sementara untuk perbaikan kerusakan software bisa dilakukan di setiap cabang Indosat.
Pengguna BlackBerry di Cirebon terus bertambah juga karena banyak pebisnis yang sangat membutuhkan kemudahan akses data, khususnya pebisnis rotan.
Hal itu dapat terlihat dari keanggotaan beberapa komunitas pemakai BlackBerry di Kota Cirebon yang banyak didominasi pengusaha rotan.
Agus Ginner, Koordinator Cirebon BlackBerry Community (CBBC)mengatakan pertumbuhan pengguna BlackBerry di Cirebon dalam setahun terakhir meningkat pesat, hingga 200%.
"Saat ini anggota aktif CBBC mencapai 98 orang, belum komunitas lainnya," ujar dia.
Di Cirebon paling tidak ada tiga komunitas pengguna BlackBerry, yakni CBBC, Cirebon Berry dan Kudna BB.
Menurut Agus, anggotanya banyak terdiri dari pekerja profesional swasta atau BUMN seperti di bidang rotan, pabrik, pegawai BUMN dll.
Agus menyatakan 70% anggota CBBC menggunakan BlackBerry untuk keperluan bisnis mereka terutama untuk keperluan kirim data dan email.
Dia menambahkan, pengguna BlackBerry di Cirebon akan naik lagi setelah muncul varian baru yang murah namun kualitasnya relatif bagus. Diluar keanggotaan CBBC, diperkirakan pengguna BlackBerry di Cirebon baik yang memakai nomor Indosat, Telkomsel atau XL bisa mencapai 600-700 orang.
"Apalagi pengguna sudah bebas memilih, mau berlangganan atau pra bayar. Saat ini trend pengguna lebih memilih pra bayar karena bebas mengatur pengeluaran untuk blackberry."

Ekspor Ikan Jabar Hingga Agustus 2009, Capai 13,94 Juta US$

CIREBON : Volume ekspor hasil perikanan dari Jawa Barat tahun ini dipastikan jauh lebih besar dari pada total ekspor tahun 2008.
Menurut data yang diperoleh dari Balai Pembinaan dan Pengujian MutuHasil Perikanan (BPMHP) Jabar yang berkedudukan di Kota Cirebon, nilai ekspor pada tahun 2008 mencapai 5.934.38 ton. Sementara ekspor yang tercatat hingga Agustus 2009 sudah mencapai 6.168,72 ton.
Kepala BPPMHP Adang Sumarno menyebutkan perusahaan eksportir ikan tersebut berasal dari Cirebon, Purwakarta, Indramayu, Bogor dan Karawang.
“Tercatat sebanyak 363 sertifikat ekspor yang dikeluarkan oleh BPPMHP di Cirebon,” katanya kemarin.
Berdasarkan catatan tersebut, meski volume mengalami peningkatan atau lebih besar dari tahun lalu, namun nilai hasil perikanan yang diekspor masih kalah dibanding tahun 2008.
Ekspor ikan selama tahun 2008 mencapai 16.607.270 US$ sementara ekspor hasil perikanan Jabar melalui BPPMHP Cirebon tahun ini (hingga Agustus) baru mencapai 13.940.051 US$.
Perbedaan harga tersebut disebabkan karena kurs dolar AS yang selalu berubah-ubah serta tergantung dari jenis komoditi yang diekspor.
Pada tahun ini, ekspor hasil perikanan lebih banyak didominasi oleh jenis ikan beku sementara ekspor rajungan atau udang jumlahnya tidak terlalu besar. Hal itu disebabkan eksportir rajungan atau kepiting soka terimbas krisis ekonomi yang terjadi di Amerika.
Ekspor jenis rajungan kaleng atau kepiting soka beku hanya ditujukan kepada Amerika. Eksportir berasal dari Kabupaten Bogor, Purwakarta dan Indramayu dengan total volume ekspor mencapai 842,36 ton.
Sementara ekspor ikan lainnya yakni berbagai jenis ikan seperti layur, kambing-kambing serta cumi, kerang,udang dan paha kodok. Negara tujuan ekspor masih didominasi Jepang, Korea dan China serta sebagian Vietnam dan Belgia.
“Dari data sementara hingga Agustus menunjukan adanya peningkatan volume ekspor ikan. Diawal tahun memang ada beberapa kendala seperti krisis di Amerika dan ketatnya perijinan. Namun pertengahan tahun bisa diatasi,” kata Adang.
Sementara itu hasil produksi tangkapan ikan laut oleh nelayan Kota Cirebon hingga akhir September mencapai 1.766,1 ton.
Kasie Perikanan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Perkebunan (DKP3) Kota Cirebon Dedi Supriadi mengatakan hasil tangkapan ikan dari nelayan Kota Cirbeon tidak seluruhnya dipasok untuk keperluan ekspor.
“Di Kota Cirebon hanya ada tiga perusahaan perikanan yang rutin ekspor, tetapi untuk jenis ikan tertentu, seperti rajungan, ikan layur, kambing-kambing dll,” katanya.
Dia menambahkan ekspor perikanan dari ketiga perusahaan tersebut masih aman dan berlangsung relative lancer meski sempat terganggu saat
Amerika menolak ekspor rajungan karena daya beli Negara itu turun.
“Saat ini ekspor ikan sudah normal lagi, termasuk ekspor rajungan kaleng dari Cirebon untuk tujuan Amerika,” tambah Dedi.

Tuesday, June 30, 2009

Industri Penyulingan Minyak Nilam Terbentur Modal

KUNINGAN : Sejumlah industri penyulingan minyak nilam di Kabupaten Kuningan, kini dihadapkan beberapa persoalan antara lain kurangnya permodalan dan turunnya harga minyak nilam.

Kendati begitu, mereka masih bertahan karena usaha industri penyulingan minyak nilam masih berpeluang cerah, paling tidak masih bisa menutupi biaya produksi salah satu komoditi andalan Kabupaten Kuningan itu

"Industri minyak nilam masih bertahan, walau harga minyak nilam sekarang ini sedang turun," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan, Hidayat Mu'min, Selasa (23/6).

Hidayat menjelaskan, harga minyak nilam sekarang ini Rp250 ribu per liter. Sebelumnya, beberapa tahun lalu pernah mencapai Rp satu juta per liter.

Menurut dia, untuk menangani persoalan yang dihadapi para pengusaha industri minyak nilam, pihaknya akan memfasilitasi agar para penyuling mampu mendirikan koperasi.

"Dengan membentuk wadah koperasi, diharapkan mampu mengatasi semua persoalan yang sering dihadapi oleh penyuling minyak nilam," paparnya.

Selain itu, dia juga mengharapkan agar penyuling minyak nilam memiliki kegiatan yang lengkap seperti TDP, SIUP dan kelengkapan usahanya. Hal itu untuk mempermudah terutama mendapatkan pinjaman modal dari perbankan.

"Saya harapkan mendirikan penyulingan di tempat yang beresertifikat, kalau bersertifikat kan ada kepercayaan dari perbankan, sehingga pinjaman sesuai kepercayaan bank," imbuhnya.

Manisnya Harga Gula Belum Dinikmati Petani Tebu Cirebon

CIREBON : Ditengah tingginya harga gula di pasar swalayan, yang mencapai Rp8.000 per kg, ternyata harga ditingkat petani tebu masih jauh dibawah harga tersebut. Pada penjualan secara lelang pekan lalu, harga gula putih milik petani hanya laku terjual Rp6.930 per kg.

Harga tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan harga lelang gula di Jawa Tengah, dima asehari sebelumnya harga lelang mencapai Rp7.100 per kg.

Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Anwar Asmali mengatakan turunnya harga gula karena pasokan gula saat ini sudah mulai banyak, seiring dimulainya musim giling tebu diseluruh wilayah sentra pertanian tebu di Jawa, termasuk cirebon.

"Tapi saya memang mencurigai adanya ketidak wajaran dengan turunnya harga gula lelang. Kami akan selidiki itu," katanya.

Anwar sendiri mencurigai adanya gula impor yang mulai masuk membanjiri pasar. Namun itu harus dibuktikan terlebih dulu dilapangan.

Para petani sendiri menyatakan kecewa dengan harga lelang yang jauh dibawah permintaan. Petani sendiri berharap harga gula lelang bisa mencapai Rp7.500 per kg. Namun distributor sangat alot memenuhi permintaan petani dengan alasan harga gula sedang turun. Distributor bahkan menyatakan harga tersebut masih bagus, karena dalam lelang berikutnya bisa jadi harga akan turun.

Pemerintah sendiri menetapkan harga dasar pembelian gula petani seharga Rp5.350 per kg yang menjadi pegangan distributor.

Kepala BKPP Wilayah Cirebon Ano Sutrisno menyatakan lebih baik lelang gula dilakukan cukup sekali yaitu diawal musim giling. Dengan cara itu maka harga gula petani bisa jauh lebih mahal dan tidak terganggu naik turunnya harga gula dipasar.

Sistem lelang masih belum memberikan yang terbaik bagi petani. Demikian juga dengan dana talangan, karena meski harga lelang diatas harga dasar, selisih harga tidak akan seluruhnya diterima petani. Petani hanya menerima 60% dari selisih harga dan 40% untuk distributor yang yang memberikan dana talangan. Jika distributor itu menang lelang, maka harga dibayar tentunya tidak sebesar harga lelang karena sudah dipotong selisih harga tersebut.

Friday, June 12, 2009

Tak Ada Target Peningkatan Wisatawan dari PBSF


CIREBON : Pekan Budaya Seni dan Film Nusantara yang akan berlangsung di tiga keraton Kota Cirebon tanggal 15-20 Juni mendatang, bakal kurang greget. Pasalnya, sosialisasi kegiatan ini masih sangat minim.

Disporabud Kota Cirebon sendiri mengakui tidak ada target khusus terkait peningkatan jumlah wisatawan yang akan hadir saat pagelaran tersebut.

”Ini merupakan kegiatan pusat, kami hanya jadi tuan rumah. Kalau ditanya peningkatan wisatawan, ini tergantung dari gaung acaranya. Dan diakui memang masih banyak yang belum tahu,” kata Kadisporabud, H. Wahyo.

Sementara itu Mahendra, Humas PBSF mengatakan sosialisasi dan promosi serta pemberitahuan akan adanya acara budaya tingkat nasional tersebut sudah maksimal dilakukan. Selain memasang pengumuman di koran juga melalui media kereta api.

”Saya berharap akan banyak pengunjung. Acara ini memang baru yang pertama dilakukan dan jika sukses akan berlanjut didaerah lain sebagai agenda tahunan,” katanya.

PBSF Nusantara ini akan dihadiri 11 UPT Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Depbudpar yaitu dari Bandung, Makasar, Padang, Tanjung Pinang, Aceh,Pontianak, Papua, Menado, Ambon, Jogjakarta dan Bali.

”Mereka akan menampilkan sejumlah kesenian menarik dari daerah masing-masing.”

Cadas Pangeran Terancam Ambruk

CIREBON : Jalan Cadas Pangeran Kabupaten Sumedang sudah tidak mampu lagi menahan berat beban angkutan batu bara. Saat ini bahkan kondisinya sudah dianggap kritis dan tidak layak dilalui oleh kendaraan berat .

Kadishub Jabar Dodi Cahyadi mengatakan kapasitas Cadas Pangeran di Kabupaten Sumedang maksimal hanya untuk kendaraan dengan berat maksimal 10 ton, namun pada kenyatannya masih banyak kendaraan yang lewat dengan kapasitas diatas 10 ton.

"Sudah selama 7 tahun angkutan batu bara melintasi Cadas Pangeran, dan saat ini sudah mencapai titik kritis sehingga harus dihentikan," ujarnya.

Dodi menjelaskan, kekritisan Cadas Pangeran secara kasat mata dapat dilihat ketika angkutan batu bara lewat, jalan tersebujt akan terasa bergetar. Terlebih jika truk tersebut melintasinya secara berkonvoi.

Sementara itu Kadishub Kabupaten Sumedang Ade Setiawan ada retana di Cadas Pangeran dan jika dibiarkan bisa membahayakan.

"Saat ini sudah sangat terasa jalan tersebut bergoyang," katanya.

Penyebab utama, kata dia, adalah angkutan batu bara yang melebihi batas kapasitas. Menurut Ade, kapasitas truk batu bara hanya 20 ton namun selama ini rata-rata truk melintas dengan berat hingga 32 ton.

Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati angkutan batu bara tidak akan lagi melintasi Cadas Pangeran namun harus memutar arah jika akan mengangkut batu bara menuju ke Bandung, Jakarta atau Purwakarta.

Kadishub Jabar Dodi Cahyadi mengatakan pengusaha sepakat untuk melintasi jalur pantura yaitu dari Cirebon menuju Purwakarta lalu langsung menuju ke Bandung.

"Truk batu bara dengan muatan tidak boleh lagi masuk Cadas Pangeran, namun jika dalam keadaan kosong tetap diperbolehkan melintasinya," kata dia.

Dia mengatakan pelaksanaan keputusan itu masih menunggu kesepakatan para pengusaha batu bara lainnya karena dalam pertemuan itu hanya dihadiri delapan orang dari 32 orang pengusaha batu bara yang ada di Pelabuhan Cirebon.

"Ini keputusan darurat dan harus segera dilaksanakan. Sementara untuk solusi jangka panjang masih harus dibicarakan dengan pengusaha angkutan untuk merumuskan formula agar sama-sama untung."

Sementara itu seorang pengusaha batu bara, Direktur PT ABRA, Purwoko mengatakan siap melaksanakan keputusan dan perintah dari Dishub namun berharap tidak hanya angkutan batu bara saja yang dilarang melintas.

"Jangan tebang pilih. Kendaraan yang melebihi batas muatan selain batu bara juga banyak, kok," katanya.

Selain itu, pengusaha juga harus menanggung tambahan biaya jika harus melintasi jalur pantura. Dia mengatakan untuk tambahan ongkos solar saja mencapai Rp350.000 per truk sekali jalan (rit).

"Harus diambil langkah yang tidak merugikan semua pihak."

Wednesday, June 10, 2009

Ekspor Ikan Cirebon Masih Jalan Meski Sulit Bahan Bakunya


CIREBON : Pasokan bahan baku yang kurang dan pergerakan kurs rupiah
terhadap dolar masih menjadi kendala utama ekportir ikan asal Kota
Cirebon.

Direktur PD. Sambu Budiono Go mengatakan eksportir sangat tergantung
dari pasokan ikan dari nelayan, namun kini nelayan Cirebon sudah
semakin sulit mendapatkan ikan.

"Pasokan ikan dari nelayan Kota Cirebon sudah semakin sedikit, tentu
mengganggu rencana ekspor ikan," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

PD Sambu merupakan salah satu perusahaan pengolahan ikan yang seluruh
hasil olahannya diekspor. Negara tujuannya terutama adalah China dan
sebagian lainnya untuk Hongkong dan negara Asia lain.

Karena sulit mendapatkan pasokan ikan dari Cirebon, kata dia, pasokan
ikan laut kini lebih banyak diperoleh dari nelayan di Tegal,
Pekalongan dan Pemalang Jateng.

Namun, diakui Budiono, meski pasokan bahan baku masih seret, rata-rata
ekspor ikan setiap bulannya mencapai 5 kontainer atau sekitar 100 ton
per bulan. Jenis ikan yang diekspor antara lain ikan kurisi,
acang-acang dan remang.

"Kami sudah tidak lagi kesulitan untuk ekspor langsung ke China
melalui Jakarta. Semua persyaratan termasuk HASAP sudah dimiliki,"
katanya.

Budiono menambahkan selain bahan baku, kurs rupiah terhadap dolar juga
sangat mempengaruhi pemasukan perusahaannya.

Sementara itu Kasie Perikanan pada Dinas Kelautan, Pertanian,
Perikanan dan perkebunan (DKP3) Kota Cirebon Dedi Supriadi mengatakan
hingga April nelayan di Kota Cirebon memang masih kesulitan
mendapatkan ikan karena gangguan gelombang tinggi meski sebenarnya
saat ini sedang musim ikan dilaut.

"Selain itu, biasanya ikan hasil tangkapan nelayan dipasok ke pabrik
di Jakarta bukan untuk pabrik Cirebon sehingga memang menyulitkan
pasokan bahan baku pabrik pengolahan ikan di Cirebon," katanya.

Dedi menambahkan Kota Cirebon memiliki 5 eksportir pengolahan hasil
laut, 4 eksportir berlokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Kejawanan, yaitu PT Pan Putra Samudera dan PD Sambu. Dua ada di
Kelurahan Panjungan yaitu PT Sheraton dan PD Jaya Sakti dan satu PT
Biotech Surindo dibidang pengelolaan Chitin untuk bahan baku Chitosan.

"Saya sempat khawatir dengan PD Sambu.Namun dengan perbaikan pabrik
dan HASAP perusahaan ini bisa langsung ekspor ke China. Sementara
Sheraton urung ekspor dan memilih untuk kawasan lokal saja," katanya.

Dedi menyebutkan selama tahun 2008 total produksi perikanan tangkap
mencapai 2.433 ton atau sebulannya mencapai lebih dari 200 ton dengan
nilai mencapai Rp5,79 miliar pertahun.

Selama musim gelombang tinggi,kata dia, separuh kapal penangkap ikan
yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Kejawanan Nusantara (PPKN) tidak
melaut atau hanya sebanyak 30 kapal dari total 65 kapal berukuran 10 -
115 GT.

"Dengan asumsi hanya 30 kapal yang melaut maka sejak November hingga
Februari, produksi ikan tangkap berkurang separuhnya, atau hilang
sekitar 400 hingga 450 ton."

Hadi, Awali Direct Ekpor Mangga dari Cirebon


USIANYA masih sangat muda, baru 25 tahun. Kuliahnya pun masih belum
tuntas, masih menyelesaikan semester akhir di Fakultas Ekonomi, Kampus
Unswagati Kota Cirebon. Namun, andilnya dalam membuka pasar ekspor
mangga langsung dari Cirebon ke Singapura patut diacungi jempol.

Ahmad Abdul Hadi, mulai mengekspor mangga sejak setahun lalu. Tahun
ini merupakan tahun keduanya melanjutkan bisnis ekspor mangga gedong
gincu dan arum manis. Dan dia menjadi satu-satunya di Cirebon yang
direct ekspor mangga, tanpa perantara.

Diceritakan Hadi, untuk bisa langsung ekspor buah ke Singapura
tidaklah mudah. Perlu waktu yang panjang untuk mencari buyer,
melakukan kontak bisnis hingga disepakati kontrak ekspor.

"Yang terakhir bahkan baru bulan Mei disepakati salah satu kontrak
ekspor, setelah sejak awal tahun melakukan kontak," katanya kepada
Bisnis belum lama ini.

Sulitnya mengekspor langsung ke luar negeri disebabkan buyer selama
ini selalu menjadikan bisnisnya hanya sebagai penyuplai buah bagi
eksportir diluar Cirebon. Namun setelah sekitar 35 tahun menjadi
penyuplai buah-dilakukan oleh ayahnya- dia berfikir perlu mencoba
untuk ekspor langsung.

Selain itu, ketatnya persyaratan serta sulitnya memenuhi permintaan
eksportir yang bermacam-macam. Pasokan ketersediaan buah mangga gincu
juga masih menjadi kendala, terutama untuk kualitas buah yang masih
harus diawasi dengan ketat. Namun karena sudah menjadi niat, rencana
ekspor langsung pun terus diupayakan. Mangga gincu pun langsung
dipasok dari petani di sentra mangga gincu, Desa Sedong Kabupaten
Cirebon.

Dengan dukungan ayahnya, H. Sukarya, dan bernaung pada CV Sumber Buah
(SAE), Hadi kemudian mencari pembeli melalui internet dan melakukan
kontak bisnis dengan kenalan lama ayahnya di Singapura.

Singapura menjadi tujuan pertama mencari pembeli mangga, karena mangga
gedong gincu ternyata sangat disukai di negeri tersebut. Dan pada
tahun 2008, pengiriman ekspor pertama ke Singapura pun bisa
dilakukan, meski dalam jumlah kecil. Dia dan ayahnya masih
berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan mangga dipasar lokal dan
nasional.

"Buyer dari Singapura sebelumnya mitra, baru ketahuan setelah bertatap
muka langsung di Singapura. Sebenarnya dia sudah bangkrut namun
akhirnya mau kembali berbisnis mangga gincu dan kita yang suplai.
Alhamdulillah kini sudah masuk tahun kedua."

Tahun 2009, ekspansi ekspor tengah dibidik Hadi. Kontrak ekspor mangga
dengan dua pembeli dari Malaysia sudah didapat dan sedang mencoba
membidik pasar Dubai (timur tengah)

Dengan eksportir Singapura, tahun ini rencananya akan mengekspor
mangga berbagai jenis dengan komposisi masih terbanyak mangga gedong
gincu (80%). Jumlahnya mencapai 200 ton.

Sementara untuk Malaysia dan Dubai masih di jajaki, namun dia
menargetkan bisa mengeskpor mangga tahun ini sebanyak 1000 ton
langsung dari Cirebon.

Hadi masih belum puas. Ekspor buah tidak hanya untuk jenis mangga
saja. CV SAE yang beralamat di Jl Sultan Ageng Tirtayasa, Kedawung itu
harus bisa mengekspor komoditi buah lain. Dan yang sedang dibidik
adalah salak pondoh.

"Saya sudah berhasil mendapatkan pembeli di Hongkong, namun syarat
ekspor salak jauh lebih ketat dari pada mangga, masih dijajaki,"
katanya.

Untuk memuluskan rencana ekspor salak, dia berencana memasok salak
langsung dari Jogja dan Banjar. Desain untuk pengepakan pun dibuat
sendiri sesuai permintaan buyer. Buyer menginginkan pengepakan
dilakukan dengan kotak yang praktis dan tidak menyulitkan konsumen
saat membawa buah.

Buah lain yang rencananya juga akan dicoba untuk ekspor adalah buah
duku dengan pasar timur tengah.

Upaya yang dilakukan Hadi membuat para petani mangga di Desa Sedong
Kabupaten Cirebon sudah bisa bernafas lega. Panen mangga gedong gincu
yang akan berlangsung pada Bulan Juni ini sudah dibeli demikian pula
dengan panen raya yang akan berlangsung bulan November mendatang.

"Mas Hadi sudah membantu petani mangga dengan kepastian pasar, tinggal
kami petani yang berupaya untuk menjaga kualitas buah agar layak
ekspor," ujar Haerudin, petani mangga Gincu.

Nah, jika anda jalan-jalan di Singapura dan melihat buah mangga gedong
gincu, bisa jadi mangga itu berasal dari Cirebon. Apalagi jika pada
buah tersebut tertempel stiker bulat berukuran kecil bertuliskan SAE.
Sudah pasti itu adalah hasil ekspor dari Hadi.

Tebung Ubi Kuningan Butuh Pembeli


KUNINGAN : Kalah bersaing dengan tepung terigu, produksi tepung ubi
oleh Kelompok Usaha Bersama Panajaya Agrolestari di Kabupaten Kuningan
berhenti total.

Produksi dan Pemasaran Kelompok Usaha Bersama Panajaya Agrolestari
Abeng Joe mengatakan sejak diresmikan pada Juli 2008 lalu, pabrik
kecil milik kelompok tani tersebut hanya berproduksi sekali saja.

"Produksi pertama pada Februari 2009 lalu, dalam tiga hari mampu
menghasilkan 15 ton tepung ubi. Sayangnya, sampai saat ini hasil
produksi itu tidak laku dipasar. Jadi sekali giling langsung di stop,"
ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Ahmed mengatakan pabrik tersebut dibangun atas bantuan dari Pemprov
Jabar melalui program PPK-IPM dengan dana sekitar Rp3 miliar.
Diantaranya Rp250 juta digunakan untuk membangun pabrik tepung,
sisanya digunakan untuk program pendukung yaitu pembuatan pabrik
gaplek kering.

Program ini dilakukan oleh enam desa di Kabupaten Kuningan yang
menjadi sentra penghasil ubi. Namun sayang program ini tidak lancar
dalam penyaluran hasil produksinya.

Ahmed mengatakan, terhentinya program pemerintah dalam memberdayakan
petani ubi dengan pembuatan tepung terkendala persaingan harga dengan
tepung terigu.

Menurut Ahmed, harga tepung ubi saat ini, setelah bea masuk tepung
dihapus, tidak jauh berbeda dengan tepung terigu. Pabrik roti atau kue
kering pun masih enggan mengganti bahan baku tepung terigu dengan
tepung ubi.

"Mereka bisa membeli tepung ubi jika harganya murah sekitar Rp3.500
per kg. Itu tidak mungkin sebab BEP minimal pada harga Rp4.500 per
kg."

Ahmed menyebutkan harga tepung ubi kini mencapai Rp115.000 per 25
kg(satu sak) sementara tepung terigu seharga Rp115.000 per 20 kg.
Idealnya harga tepung ubi 70% lebih murah dari tepung terigu.

Sebenarnya, kata Ahmed, pabrik yang telah dibangun itu mampu
memproduksi 7 ton tepung terigu dengan kadar rendemen 30% dari bahan
baku ubi dalam satu shift kerja (delapan jam). Dalam sehari mampu
bekerja dalam dua shift atau satu bulan (24) hari bisa memproduksi 336
ton. Namun saat musim penghujan hanya mampu memproduksi 4 ton karena
kadar air ubi jauh lebih besar.

Ahmed menambahkan, harga tepung ubi tidak bisa diturunkan lagi karena
bahan baku ubi sudah mahal. Upaya menurunkan harga ubi jelas sulit
dilakukan karena petani enggan merugi.

Dia menyebutkan dalam satu hektar lahan bisa menghasilkan 17 ton ubi
dan dijual seharga Rp800-1000 ditingkat kebun.

Namun Ahmed optimis dalam jangka waktu 20 tahun konsumsi tepung terigu
akan beralih ke tepung ubi sekitar 5% dari kebutuhan konsumsi tepung
yang mencapai 4 juta ton pertahun.

Sebenarnya tawaran ekspor tepung ubi dari buyer di Kamerun sudah masuk
namun realisasinya masih belum jelas. Penawaran datang dari eksportir
Purwokerto , Jateng sebesar 39 ton per dua minggu. (K41)

Perumnas Cirebon Buka Pasar RSh di Majalengka

CIREBON : Perumnas Cabang Cirebon pertengahan tahun 2009 mulai memasarkan rumah bersubsidi di Kabupaten Majalengka tipe 27 dan 30, setelah sebelumnya sempat terhenti dan hanya menjual stok rumah yang sudah terbangun.

Manager Perumnas Cabang Rachmadi Syukri mengatakan unit rumah yang akan dipasarkan berjumlah 55 buah berlokasi di Kecamatan Cikalong Kabupaten Majalengka, tidak jauh dari pusat kota.

"Perumnas mulai kembali menghidupkan lahan yang tertidur sejak kurang lebih tiga tahun lamanya. Setelah melakukan sejumlah survei, ternyata peminta RSh di Majalengka tinggi seperti halnya di Cirebon. Pertengahan tahun ini kami mulai memasarkan unit baru," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Dia menambahkan kalangan PNS serta TNI/Polri sudah menyatakan minatnya untuk unit baru tersebut sementara untuk memudahkan penjualan rumah, Perumnas sedang menjalin kerjasama dengan PT Jamsostek dan Bank Bukopin.

"Untuk unit baru ini kami membangun berdasarkan permintaan pembeli yang sudah masuk bukan membangun terlebih dulu. Sebab pengalaman sebelumnya jika dibangun dulu, biaya perawatan rumah cukup mahal dan rentan rusak."

Selain mulai memasarkan unit baru di Kabupaten Majalengka, Perumnas Cabang Cirebon juga berencana membangun perumahan cluster di komplek perumahan Arum Sari Kabupaten Cirebon, selain tetap memasarkan RSh di komplek tersebut.

Menurut Rachmadi, rencana pembangunan (site plane) perumahan cluster tersebut sedang dibuat namun belum bisa memastikan waktu memasarkannya.

"Pembangunan perumahan khusus sangat memungkinkan dilakukan namun terlebih dulu Perumnas akan menata lingkungannya dan membuat pintu gerbang untuk perumahan yang sudah ada. Perumahan cluster adalah rencana jangka panjang," katanya.

Meski merupakan perumahan cluster, sebagai perusahaan milik pemerintah yang bertanggungjawab atas perumahan rakyat, Perumnas tetap akan menjual rumah bersubsidi tipe 27. Sisanya perumahan komersil dengan tipe 32,36 dan 45.

Rachmadi menambahkan saat ini konsumen tidak lagi hanya menanyakan rumah RSh saja namun sudah banyak yang ingin membeli rumah tipe besar non subsidi seperti tipe 36 dan 45. Kondisi ini membuatnya yakin akan bisa memasarkan perumahan cluster yang akan dibangun Perumnas.

Diperumahan Arum Sari Kabupaten Cirebon sendiri menurut Rachmadi tersisa lahan sekitar 17 hektare. Tahun ini akan berkurang sekitar 3,6 hektare karena akan dibangun rumah baru bersubsidi sebanyak 220 unit.

Thursday, February 12, 2009

Stok Pupuk Jabar Tahun 2009 Aman

CIREBON : PT Pupuk Kudjang menjamin ketersediaan pupuk untuk wilayah Jabar akan terpenuhi hingga akhir tahun 2009 mendatang.

Manager Komunikasi PT Pupuk Kudjang Arifin mengatakan kebutuhan akan pupuk baik jenis Urea atau NPK di wilayah Jawa Barat pada tahun 2009 adalah sebesar 716.000 ton dan dengan kapasitas produksi yang dimiliki dari dua pabrik di Cikampek, PT Pupuk Kujang menjamin ketersediaannya.

"Kapasitas produksi dari dua pabrik di Cikampek yaitu A dan B mencapai 1,15 juta ton , sementara rencana produksi kami sekitar 990.000 ton. Dengan rencana tersebut maka kebutuhan pupuk di Jabar akan dapat tercukupi," katanya saat berkunjung ke Cirebon.

Dia menambahkan dari kebutuhan yang sudah ditetapkan untuk Jabar sebanyak 716.000 ton tersebut kemungkinan akan ditambah jika bencana banjir akan mengganggu tanaman. Namun penambahan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Manteri Pertanian karena pupuk yang disalurkan merupakan pupuk subsidi.

Biasanya, kata dia, penambahan tersebut baru akan direalisasikan menjelang akhir tahun karena pemerintah mengambil kebijakan untuk menghabiskan stok yang ada terlebih dulu.

Selain itu, pihaknya juga sudah mengantisipasi kemungkinan rembesan alokasi pupuk terutama didaerah perbatasan antara Jabar dan Jateng khususnya didaerah Losari.

"Kami sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk menindak tegas pelaku atau distributor yang menyalurkan pupuk diluar wilayah semestinya."

Arifin menambahkan bahan baku untuk memproduksi sebanyak 990.000 ton pupuk juga tidak ada masalah.

Pabrik B yang dibangun sejak tahun 2006 sudah mengikat kontrak dengan PT Pertamina untuk memasok kebutuhan gas hingga tahun 2011 sementara untuk pabrik A, kontrak kerjasama pasokan gas sudah dilakukan hingga tahun 2017.

"Kami sudah tidak khawatir dengan pasokan bahan baku terutama dengan kebutuhan gas."

Sementara itu Kordinator Distribusi PT Pupuk Kudjang Wilayah Jabar dan Jateng Dadeng Suhendra mengatakan di gudang penyimpanan Kedawung Kabupaten Cirebon saat ini tersedia stok pupuk urea sebanyak 5.122 ton dan pupuk organik sebanyak 200 ton.

"Ada dua gudang penyimpanan di Cirebon , satu di Kedawung satu lagi di Kalijaga. Stok sementara cukup untuk persediaan masa tanam awal tahun ini," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Efendi mengatakan kebutuhan pupuk baik itu Urea atau NPK di wilayah Kabupaten Cirebon tahun 2009 diperkirakan mencapai 42.000 ton.

"Sementara ini untuk musim tanam pertama awal tahun kebutuhannya sudah mencukupi, hanya saja saya khawatir kebutuhannya akan naik karena kemungkinan akan ada lahan yang gagal panen," katanya.

Dia mengatakan kebutuhan pupuk urea masih cukup banyak sementara kekurangan dalam persediaan pupuk jenis NPK.

Wednesday, February 11, 2009

PHK di Cirebon Meningkat

Jumlah pekerja yang akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di Cirebon tahun ini diperkirakan akan jauh lebih besar dibandingkan tahun 2008.

Data dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Cirebon pada bulan Januari 2009 sudah masuk sebanyak 30 pengaduan masalah PHK, meski sudah dapat diselesaikan
secara tripartit.

Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja pada Dinsosnekartrans Kota Cirebon Ferdinan Wiyoto mengatakan jumlah 30 pengaduan yang masuk dalam satu bulan itu merupakan yang terbesar yang pernah dialaminya selama bertugas.

"Saya khawatir jumlah pengaduan akan terus masuk mengingat banyak kondisi perusahaan di Kota Cirebon yang terimbas krisis ekonomi," katanya.

Dia menyebutkan selama tahun 2008 tercatat sebanyak 241 pekerja terkena PHK atau naik dua kali lipatnya dibandingkan dengan jumlah PHK tahun 2007 sebanyak 121 pekerja.

"Kami terus berupaya agar jika terjadi kasus PHK nantinya tidak akan menimbulkan gejolak yang saling merugikan antara pekerja dan perusahaan. Pekerja akan tetap mendapatkan pesangon," kata Ferdinan.

Sementara itu data diperoleh dari Jamsostek Cabang Cirbeon menyebutkan hingga akhir tahun 2008 sebanyak 11.000 orang terkena PHK. Itu terjadi karena sebanyak 40 perusahaan di wilayah Cirebon dan sekitarnya menutup usahanya.

"Mereka sebagian telah menerima dana JHT dan sisanya masih dalam proses karena menurut aturan JHT baru bisa diterima enam bulan setelah PHK," kata Kepala Cabang PT Jamsostek Cirebon jata Sudrajat beberapa waktu lalu.

PT Jamsostek Persero cabang Cirebon hingga tahun 2008 telah membayarkan dana Jaminan Hari Tua (JHT) sebanyak Rp22 miliar yang diberikan sebagian besar kepada karyawan terkena PHK tersebut.

Sulit Pantau UMK 2009

Dilain hal Ferdinan mengatakan kesulitan untuk memantau pelaksanaan upah minimum kota (UMK) Kota Cirebon karena terbatasnya tenaga survei.

Ferdinan mengatakan tenaga pengawas yang hanya tiga orang tidak akan sanggup mengawasi pemberlakuan UMK terhadap 1.026 perusahaan kecil dan besar di Kota Cirebon.

"Karena keterbatasan itulah maka pengawasan hanya maksimal dilakukan kepada perusahaan skala besar padat karya," katanya.

Terdapat sekitar 40 perusahaan besar namun hingga akhir Januari baru terdata sebanyak 20 perusahaan saja yang sudah membayar sesuai UMK.

Dari pendataan sementara, kata dia, tidak ditemukan adanya pelanggaran UMK. Sementara itu hingga akhir tahun 2008 tidak ada perusahaan yang menyatakan keberatan untuk melaksanakan UMK terbaru tahun 2009.

"Ini berarti semuanya siap melaksanakan UMK 2009 sebesar Rp765.000."

Tol Kanci -Pejagan Beroperasi Juni 2009

Rencana operasional jalan tol Kanci-Pejagan mundur dari
sebelumnya direncanakan akan operasi bulan Mei 2009 menjadi Bulan Juni
2009.

Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto mengatakan mundurnya
rencana operasional tol tersebut karena kendala cuaca yang membuat
pekerjaan sedikit lambat.

"Pada medio Juni tahun ini, pembangunan ruas tol tersebut sudah
rampung dan dapat segera beroperasi," jelasnya saat memantau kondisi
jalan tol dan jalur lalu lintas pantura Cirebon.

Saat memantau pembangunan, Djoko menilai di lokasi proyek terdapat
banyak peralatan berat namun penggunaan alat-alat berat itu belum
optimal. Salah satu penyebabnya karena dipengaruhi faktor cuaca.

sebelumnya pemerintah menargetkan dapat mengoperasikan ruas Tol
Kanci-Pejagan bagian dari Tol Trans-Jawa pada Mei 2009. Target itu
ditetapkan menyusul berbagai kemajuan yang dicapai oleh investor ruas
tol tersebut, PT Semesta Marga Raya (SMR).

Awalnya ruas tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 kilometer yang mendapatkan
pendanaan pembangunan dari BNI dan BRi senilai Rp2,2 triliun
direncanakan selesai lima bulan lebih cepat dari rencana semula
September 2009, sehingga pada April 2009 sudah bisa dilakukan uji
coba.

Menyinggung soal tol Cikampek-Palimanan (Cikapali), yang panjangnya
mencapai 150 kilometer, Djoko mengatakan akan tetap melaksanakan
pembangunannya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

Pembangunan ruas tol Cikapali yang memerlukan dana Rp7,3 triliun
tersebut masih mengundang polemik. Warga Ciwaringin yang tanahnya akan
dipakai jalan tol menginginkan ketegasan dan kepastian pemerintah
dalam menuntaskan proyek pembangunan ruas tol itu.

Sebagian warga ingin pemerintah memindahkan lokasi pembangunannya ke
trase bagian utara. Sementara sebagian lainnya, ingin pemerintah
melanjutkan proyek itu di bagian selatan.

Penjualan Mobil Cirebon Bakal Turun 30%

Penjualan kendaraan tahun 2009 ini untuk wilayah Cirebon dan sekitarnya diprediksi akan turun hingga 30% dibandingkan tahun 2008, namun untuk kendaraan jenis penumpang kelas sedang penjualannya tetap akan stabil.

Kepala Cabang ACC Cirebon -grup pembiayaan Astra- Bertoni Probo mengatakan turunnya penjualan dikarenakan industri otomotif sangat tergantung dari kemudahan pihak perbankan dalam menyalurkan dana kredit kendaraan.

"Kita sama-sama tahu kalau perbankan masih ketat, krisis global masih terasa pada tahun ini dan akan mempengaruhi bisnis otomotif. Hal lain adalah turunnya daya beli," katanya kepada Bisnis,kemarin.

Probo menambahkan meski diprediksi penjualan kendaraan akan turun hingga 30% namun lebih didominasi oleh kendaraan niaga. Hal itu terjadi karena diperkirakan akan banyak pengusaha yang menahan diri untuk menambah armada kendaraan seperti pikup dan truk.

Sementara itu, tambahnya, untuk kendaraan jenis penumpang atau kendaraan pribadi penjualannya masih akan tetap bagus khusunya untuk kendaraan kelas menengah dengan harga berkisar antara Rp100juta hingga Rp150 juta.

Probo mengatakan saat ini masyarakat sudah semakin pandai dalam memilih kendaraan dan ditambah krisis global mereka lebih memilih kendaraan murah namun memiliki multi fungsi.

"Saya perkirakan kendaraan yang akan tetap diminati antara lain xenia, avansa atau jenis mini bus," ujar dia.

Dia menambahkan konsumen tidak akan beralih ke kendaraan sekunder atau bekas karena selain stok kendaraan bekas sulit didapat juga masih banyak kendaraan baru yang harganya masih terjangkau.

Sementara itu Kepala Cabang Daihatsu Cirebon Maryadi A.T mengatakan sampai akhir tahun 2008 berhasil menjual 790 unit mobil dengan perbandingan 40% xenia, 40% grandmax dan sisanya Terios/ Sirion.

"Daihatsu berhasil mencapai 11,66% dari total penjualan kendaraan baru selama tahun 2008 yang jumlah totalnya mencapai 6.754 unit," katanya.

Maryadi menambahkan total penjualannya itu berhasil menaikan posisi market Daihatsu Cirebon menjadi peringkat ketiga. Peringkat pertama Toyota dangat market sebesar 31,97% dan urutan kedua Mitsubishi sebesar 25,38 %.

Dia mengatakan tahun 2009 kemungkinan penjualan akan tetap sama dengan tahun 2008 karena jenis kendaraan yang dijual yaitu kelas sedang diprediksi masih akan bagus. "Kami tetap mengandalakn xenia dan gran max,".

Dia mengatakan tahun 2009 akan mampu merebut pasar hingga menempati posisi kedua dibawah Toyota. Alasannya, pesaingnya yaitu Mitsybishi kemungkinan penjualannya akan terus turun.

"Seperti prediksi sebelumnya, kendaraan komersil akan turun tahun ini, dan Mitsubishi kemungkinan besar akan terpengaruh karena memosisikan diri untuk menjual truk atau pikup." katanya.

Tuesday, January 20, 2009

Petani Gincu Cirebon dibantu Jepang

Petani mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon akan mendapatkan bantuan alat pendeteksi hama lalat buah dari Jepang.

Ketua Asosiasi Mangga Gedong Gincu Cirebon Khaerudin mengatakan bantuan tersebut sangat membantu petani karena dapat meningkatkan mutu buah dan aman dari serangan hama.


"Kami ingin mengekspor mangga gincu ke Jepang tetapi Jepang ingin buah yang diekspor aman dari lalat buah, sehingga mereka membantu dengan alat deteksi hama lalat buah," katanya.

Pemberian alat tersebut tentunya akan menguntungkan petani buah mangga karena hasilnya nanti tidak hanya akan dapat terserap pasar Jepang namun negara lain yang juga kini banyak berminat mengekspor manggan
gincu.

Khaerudin optimis tahun 2009 pasar ekspor buah gincu akan lebih baik karena petani buah kini sudah banyak yang sudah teregistrasi oleh Departemen Pertanian. Produk buah mangga Cirebon kini sudah aman dikonsumsi dan bisa ekspor.

Sementara itu menurut Khaerudin, saat ini produksi buah mangga di Cirebon sudah habis baru mulai musim berbunga. Diperkirakan pada awal Bulan Mei nanti panen buah mangga gedong gincu baru dimulai. Dengan
kekosongan produksi buah saat ini banyak pedagang yang kesulitan untuk mendpatkan buah mangga dan harganya ikut naik.

"Mangga kopek saja yang dulu tidak laku kini dijual Rp1.500 per kg, mangga gedong sudah diatas Rp15.000 hingga Rp20.000,"katanya.

Pusat Informasi Pasar Modal Masuk Cirebon

CIREBON : Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) berencana membuka kantor perwakilan di Cirebon yang akan melayani nasabah atau investor di Cirebon,Kuningan, Majalengka dan Indramayu.

Menurut Kuasa Perwakilan PIPMáCirebon Ariffianto kantor PIPM Cirebon ini akan mulai beroperasi pada awal Bulan Februari 2009 berkantor di Jl Kesambi Kota Cirebon.

"Kami sebenarnya sudah merencanakan cukup lama untuk membuka perwakilan di Cirebon dan baru Februari ini akan siap beroperasi," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Cirebon, kata dia, merupakan kota kesepuluh diantara kota lain yang sudah memiliki kantor perwakilan. Terakhir kantor perwakilan PIPM dibuka di Jogjakarta akhir tahun lalu.

Menurut Arif, Kota Cirebon menjadi salah satu kota yang dipilih untuk dibuatkan kantor perwakilan karena melihat potensi perekonomiannya yang terus berkembang termasuk transaksi pasar modalnya.

Namun bagi investor yang ada di Cirebon selama ini melakukan transaksi perdagangan atau mencari informasi terkait pasar modal selalu kesulitan dan harus mencarinya langsung ke Jakarta.

"Kehadiran PIPM ini ternyata disambut baik kalangan investor Cirebon. Mereka merasa akan terbantu dengan adanya kantor perwakilan disini."

Di Cirebon sendiri sebenarnya ada Sinar Mas Securitas namun masih belum melakukan transaksi langsung di Cirebon dan masih harus ke kantor pusatnya di Jakarta. Itupun hanya sekedar trading saja bukan melayani pasar modal.

Terkait krisis global yang masih akan berlangsung, Arif mengatakan ada sedikit banyak berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terkait bisnis pasar modal.

"Kehadiran PIPM ini untuk memberikan informasi dan edukasi terkait pasar modal. Nah, termasuk memberikan penjelasan kepada masyarakat dan investor Cirebon terkait krisis global dan pengaruhnya kepada pasar modal."

Arif sendiri optimis bisnis pasar modal di Cirebon akan berkembang. Karena selain memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pasar modal, PIPM juga akan membantu perusahaan lokal Cirebon yang ingin go publik atau menerbitkan obligasi sebagai salah satu cara mendapatkan dana pengembangan perusahaan.

"Menurut informasi ada sejumlah perusahaan yang berencana go publik."

Sementara itu Manager PTáTrimegah Securitas Bandung Asep Saifudin mengatakan bersamaan dengan dibukanya PIPM tersebut operasional Trimegah di Cirebon juga dimulai.

"Kantor Trimegah menyatu dengan PIPM dan siap untuk mengembangkan bisnis pasar modal di Cirebon."

Selain Trimegah rencananya akan ada juga perusahaan sekuritas lain yang membuka kantor pelayanan di PIPM tersebut.

Turunnya BBM dan Listrik tak Pengaruhi Industri Rotan

CIREBON : Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) per tanggal 15Januari lalu yang diikuti turunnya harga listrik oleh PLN ternyatamasih belum memberikan dampaksignifikan bagi industri rotan diCirebon.

Suhermanto, seorang pemilik pabrik rotan HSDS Rotan di TegalwangiKabupaten Cirebon mengatakan turunnya harga BBM atau pun listrik tetaptidak memberikan perubahan pada biaya produksi rotan karena ternyataturunnya harga BBM tidak diikuti dengan kebijakan turunnya hargaangkutan peti kemas.

"Tetap tidak ada perubahan di biaya produksi, harus ada tekananpemerintah ke semua sektor terutama angkutan peti kemas," katanya.

Dia bergarap pemerintah melanjutkan kebijakan penurunan sejumlah hargadengan mengeluarkan kebijakan lain dibidang keuangan dan harus tepatsasaran.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Badrudin, anggota AsosiasiMasyarakat Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI). Menurut Dia produksirotan sama sekali tidak trpengaruh oleh kebijakan sektor dalam negeritermasuk kebijakan penurunan harga BBM atau tarif angkutan danlistrik.

"Rotan sangat terpengaruh dengan kondisi global, hanya sedikit sajapengaruh atas turunnya harga BBM untuk sektor angkutan," katanya.

Meski demikian dia bersyukur dengan turunnya harga BBM paling tidakakan brpengaruh trhadap daya beli masyarakjat dalam negeri terhadapfurniture khusus rotan.

Dia menambahkan perlu kebijakan yang lebih bagi industri rotan danbukan lain adalah kebijakan yang terkait dengan ketersediaan bahanbaku rotan.

Sebab, kata Badrudin, awal tahun 2009 ini ternyata sudah ada beberapaperusahaan di Cirebon yang mulai mendapatkan order dari Amerikasetelah beberapa saat lalu order sama sekali terhenti.

"Namun order yang masuk jumlahnya masih kecil dan itupun dengan hargalama. Buyer tidak mau jika harganya dinaikan. Alasannya saat ini nilai rupiah sedang turun," katanya.

Menurut Badrudin, kondisi tersebut membuat para pengusaha rotan yangselama ini tergantung dengan pasar Amerika mulai bisa tersenyum karenakontrak sudah mulai didapat.

"Disini ada sekitar 50 perusahaan yang pasarnya tergantung Amerika.Meski harganya tidak naik namun kontrak rata-rata satu tahun kedepan,"katanya.

Sementara itu Manager PT PLN APJ Cirebon Mat Dahlan Alam mengatakanturunnya tarif listrik untuk industri di wilayah Cirebon paling banyakakan dirasakan oleh usaha industri rotan dan pabrik pengolahan ikan.

"Saya kira turunnya tarif ini akan mengurangi biaya produksi pabrikrotan. PLN ssendiri dalam waktu dekat akan menyosialisasikan turunnyatarif listrik industri ini kepada pengusaha rotan di Cirebon,"katanya.

Dahlan mengatakan dengan turunnya tarif tersebut ada pabrik rotan menambah jam operasionalnya sehingga pasokan daya listrikdiperkirakan akan naik. Namun dia menegaskan ketersediaan daya listrikdi wilayah Cirebon dan sekitarnya akan tercukupi meski kondisi dayasaat ini hanya pas-pasan.
"Kami menjamin bisa memasok daya listrik ke pabrik saat daya maksimalterjadi,"

BTN Syariah Tawarkan KPR Syariah

Bank BTN Syariah Cabang Cirebon menargetkan sejumlah developer Cirebon dapat memanfaatkan program KPR syariah untuk membiayai pembangunan komplek perumahannya.

Aang GUnawan, Assistant Manager Bank BTN Syariah Cirebon mengatakan pembukaan unit syariah BTN sebagai bentuk pelayanan kepada nasabah yang selama ini berminat mengambil kredit rumah namun ingin menggunakan prinsip syariah.

"Permintaan cukup banyak untuk KPR syariah," katanya.

Dia mengatakan selain nasabah atau konsumen KPR, sejumlah developer juga berminat untuk melakukan kerjasama dengan BTN Syariah.

"Karena memang core bisnis kita di perumahan maka syariahnya juga fokus di KPR syariah, meski kita juga menyediakan pembiayaan untuk lainnya seperti kendaraan," katanya.

BTN Syariah mulai beroperasi sejak Oktober 2008 menambah daftar perbankan syariah di Cirebon. Sebelumnya sejumlah bank konvensional telah membuak unit usaha syariah seperti BNI, Bank Mandiri atau Bank Muamalat.

Jalan layang Gebang dibangun

JAKARTA: Pemerintah akan membangun jalan layang (fly over) Gebang untuk memperlancar arus lalu lintas, terutama pada saat pembangunan tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 kilometer rampung.

"Lalulintas Pantai Utara Jawa akan mengalami kenaikan dengan beroperasinya jalan tol Kanci- Pejagan sehingga perlu didukung prasarana baru," kata Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, kemarin.

Jalan tol Kanci-Pejagan nantinya akan tersambung dengan jalan tol yang sudah beroperasi yakni tol Palimanan-Kanci, sehingga lalu lintas yang keluar di Pejagan atau Kanci akan semakin padat. (ANTARA)

Tuesday, January 13, 2009

Ekspor Ikan Jabar Rp200 Miliar

Ekspor ikan dan hasil olahan ikan Jawa Barat tahun 2008
masih bagus bahkan nilai ekspor jauh lebih baik dari tahun 2007.

Kepala Balai Pengujian dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan Jabar Adang
Sumarno mengatakan berdasarkan volume, ekspor ikan dan hasil olahan
ikan tahun 2008 mencapai 5.933,3 ton sementara tahun 2007 mencapai
5.938,3 ton.

"Volume ekspor ternyata sebanding dengan tahun 2008 perbedaannya hanya
6 ton saja demikian pula dengan nilai ekspornya," katanya kemarin.

Berdasarkan nilai ekspor, total ekspor ikan dan hasil olahan ikan laut
Jawa Barat tahun 2008 mencapai US$ 16.607.169 sementara tahun 2007
mencapai US$ 18.137.287.

Menurut Adang, jika dihitung dalam angka rupiah maka nilai ekspor
tahun 2008 jauh lebih baik dari tahun 2007 karena tahun 2007
menggunakan kurs Rp10.000 per dolar sementara tahun 2008 menggunakan
kurs Rp12.000 per dolarnya.

"Dengan nilai tersebut total ekspor ikan dan hasil olahan ikan Jabar
mencapai hampir Rp200 miliar," katanya.

Selama tahun 2008 sebanyak 21 perusahaan pengolahan ikan di Jabar yang
tercatat aktif melakukan ekspor ikan dan hasil olahan ikan
diantaranya ke Jepang, Korea, dan terutama China.

Sementara itu krisis ekonomi yang melanda Amerika ternyata juga cukup
mengganggu kegiatan ekspor ikan terutama untuk produk perikanan yang
tujuan ekspornya ke negara tersebut seperti rajungan kaleng.

Namun menjelang akhir tahun yaitu pada bulan November dan Desember
volume eskpor ikan rajungan yang terganggu tergantikan dengan ekspor
ikan layur Jabar dalam jumlah besar ke negara China.

"Upaya dari Departemen dan Dinas Perikanan diantaranya meningkatkan
mutu hasil perikanan dan segi keamanan produk ikan telah membuahkan
hasil dengan diterimanya ekspor ikan layur ke China," kata Adang.

Hobi Aeromodelling


Grung...grung..., Suara dari sebuah model pesawat heli yang sedang
bersiap-siap di tengah landasan pacu bandara Penggung atau kini
bernama Cakrabhuwana. Suaranya mirip dengan suara yang keluar dari
mesin pemotong rumput.

Baling-balingnya semakin kencang berputar sementara asap putih keluar
dari knalpot kecilnya. Sekitar lima menit heli tersebut memanaskan
mesin, heli mulai mengapung. Pemilik pesawat model tersebut mulai
menggerak-gerakan tangan pada remote control. Naik dan turun,
berputar, menukik atau terbalik. Heli terbang sangat atraktif.
Sementara penonton bertepuk tangan riuh dipinggir bandara.

Belasan orang yang tergabung dalam Grage Aeromodelling Kota Cirebon
snampak asyik dengan prototype pesawat ukuran kecilnya. Hari minggu
merupakan waktu mereka berkumpul.

Berbagai jenis dan model pesawat terbang, diantaranya prototipe
pesawat tempur F-16, helikopter hingga pesawat jenis cureng, mereka
terbangkan di Lanud Penggung, Cirebon.

Rizal, salah seorang anggota Grage Aeromodelling, mengatakan kegiatan
ini rutin mereka lakukan setiap sabtu atau minggu pagi .

Menurut Rizal, masyarakat yang berminat hobi aeromodelling di Cirebon,
bisa dihitung dengan jari. Selain karena masih relatif mahal,
kurangnya publikasi serta tidak adanya toko yang menyediakan kebutuhan
hobi ini, menjadi kendala yang utama.

"Hingga saat ini, sejak didirikan tahun 2003 lalu, kurang dari dua
puluh orang saja yang secara rutin melakukan kegiatan aeromodelling,"
ujar Rizal.

Rizal menambahkan, untuk mengembangkan dan memperkenalkan hobi
aeromodelilng kepada masyarakat, dalam waktu dekat Grage Aeromodelling
akan membuka Hobby Shop di Kota Cirebon.

"Selain menyediakan perlengkapan aeromodelling, di Hobby Shop
masyarakat bisa bertanya seluk beluk tentang hobi ini," ujarnya.

Sedikitnya peminat aeromodelling karena memang perlu biaya yang
lumayan untuk memulainya. Paling tidak harus terlebih dulu memiliki
pesawatnya. Meski tidak buatan jepang atau eropa, buatan China pun
tidak apa. Namun harganya tetap saja mahal. Satu pesawat ukuran kecil
dengan tenaga baterai bisa didapat seharga Rp600.000.

Biasanya setelah mulai menyukai hobi ini akan lupa waktu dan lupa
segalanya. Wiyono, seorang penggemar aeromodelling terpaksa
mengeluarkan kocek tidak sedikit untuk hobi yang digemarinya sejak SMA
dulu. Kini setelah bekerja di Bank Indonesia Cirebon, dia telah
memiliki koleksi beberapa pesawat model dan rutin berkumpul di Bandara
Penggung setiap minggunya.

"Biasanya untuk menghemat anggaran saya merakit pesawat sendiri. Kalau
beli mahal, merakit sendiri bisa menghemat sampai 50%. Biaya tetap
hanya untuk jenis mesinnya saja, kalau bodi bisa dibuat sendiri dengan
menyotek di internet," katanya.

Karena harus memiliki uang lebih, aeromodelling merupakan jenis hobi
atau olahraga ekslusiv. Demikian pula dengan oenggemarnya di Cirebon,
kebanyakan mereka adalah pegawai bank, Telkom atau paling banyak
pegawai pertamina.

Arifin, pegawai Pertamina wilayah Cirebon mengatakan selain menjadi
hobi, kegiatan ini juga bisa sebagai sarana untuk silaturahmi antara
pegawai BUMN yang menjadi anggotanya.

"Ditengah penatnya pekerjaan, hobi ini bisa mencairkan pikiran,"

Gedong Gincu Cirebon

Petani mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon mendapatkan
bantuan berupa alat pendeteksi hama lalat buah. Dengan bantuan alat
tersebut diharapkan buah gedong gincu produksi Cirebon bisa diterima
pasar Jepang.

Ketua Asosiasi Mangga Gedong Gincu Cirebon Khaerudin mengatakan
bantuan tersebut rencananya segera diberikan dalam waktu dekat dengan
sejumlah persyaratan.

"Kami ingin mengekspor mangga gincu ke Jepang tetapi Jepang ingin buah
yang diekspor aman dari lalat buah, sehingga mereka membantu dengan
alat deteksi hama lalat buah," katanya kemarin.

Pemberian alat tersebut tentunya akan menguntungkan petani buah mangga
karena hasilnya nanti tidak hanya akan dapat terserap pasar Jepang
namun negara lain yang juga kini banyak berminat mengekspor manggan
gincu.

Khaerudin optimis tahun 2009 pasar ekspor buah gincu akan lebih baik
karena petani buah kini sudah banyak yang sudah teregistrasi oleh
Departemen Pertanian. Produk buah mangga Cirebon kini sudah aman
dikonsumsi dan bisa ekspor.

Sementara itu menurut Khaerudin, saat ini produksi buah mangga di
Cirebon sudah habis baru mulai musim berbunga. Diperkirakan pada awal
Bulan Mei nanti panen buah mangga gedong gincu baru dimulai. Dengan
kekosongan produksi buah saat ini banyak pedagang yang kesulitan untuk
mendpatkan buah mangga dan harganya ikut naik.

"Mangga kopek saja yang dulu tidak laku kini dijual Rp1.500 per kg,
mangga gedong sudah diatas Rp15.000 hingga Rp20.000,"katanya.

Dia mengatakan tengah mengupayakan panen buah diluar musim pada tahun
ini karena akan memberikan keuntungan kepada petani buah mangga gincu.
Dia mengatakan pohon mangga gedong gincu dapat panen setiap bulan
dengan perlakuan tertentu dan pupuk khusus.

Panen off season, demikian para petani menyebutnya, bahkan dianggap
lebih menguntungkan karena pada saat tersebut tidak banyak buah mangga
gedong gincu yang dijual dipasaran sehingga harganya bisa naik berkali lipat.

Pada saat off season, kata dia, harga mangga gedong gincu kualitas A
bisa mencapai Rp25.000-30.000 per kg sementara pada saat musim panen
mangga gedong gincu biasanya dijual rata-rata Rp10.000 per kg.

Haerudin, yang juga ketua kelompok tani Sukamulya Desa Sedong Ilir,
Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon mengatakan panen off season
berlangsung pada bulan Juni hingga November dengan tingkat produksi
mencapai 200%.

Dia mencontohkan dengan lahan yang dimiliki kelompok tani Sukamulya
seluas 25 hektare selama off season bisa memanen mangga gedong gincu
hingga 92,5 ton atau rata-rata per pohon bisa menghasilkan sebanyak 27
kg mangga.


Sementara itu sekretaris Asosiasi Petani Mangga Gedong Gincu Kabupaten
Cirebon Sutara mengatakan total kelompok tani mangga di Kabupaten
Cirebon mencapai 70 kelompok dengan lahan seluas 40.000 hektare.

Sementara itu data di Kabupaten Cirebon menunjukan total produksi
mangga dari berbagai jenis diantaranya gedong gincu, harumanis,
dermayu dan kidang setiap tahun terus meingkat. Pada tahun 2005 total
produksi mangga mencapai 21.730,84 ton dan tahun 2006 naik menjadi
26.107,30 ton.

Monday, January 5, 2009

Permintaan Jamur di Cirebon Masih Tinggi

Pasokan akan sayuran jenis jamur dari para petani jamur di wilayah Cirebon perharinya mencapai 2 hingga 3 kuintal, namun masih kurang karena ternyata kebutuhannya masih tinggi. Tingginya permintaan tersebut menunjukan jamur merupakan salah satu sayuran yang banyak diminati.

Ketua KTNA Kota Cirebon Enjo Suharjo mengatakan jamur kini sudah tidak asing lagi digunakan masyarakat sebagai penambah gizi pada menu makanannya.

"Konsumsinya diatas 3 kuintal, sebab setiap hari pasokan ke pasar tradisional sebanyak 3 kuintal selalu habis," katanya.

Sementara itu menurut Enjo, saat ini harga jamur sedang bagus. Ditingkat petani jamur harganya mencapai Rp15.000 untuk jamur jenis shitake sementara di pasar dijual diatas Rp20.000 per kg.

KTNA sendiri sedang membina masyarakat untuk ikut membudidayakan jamur terutama jamur kardus hasil penemuan Enjo.

Inflasi Desember di Kota Cirebon 14,14%

Selama bulan Desember 2008 tingkat inflasi di Kota Cirebon mencapai 14,14%. Turun -0,06 % jika dibandingkan dengan tingkat inflasi bulan sebelumnya.

Rilis yang diterima BeritaCerbon.com dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon menunjukan kalau tingkat inflasi di Cirebon masih tertinggi diantara kota-kota lainnya di Jabar. Hanya dibawah Bogor yang mencapai 14,20%.

Sementara itu tingkat inflasi nasional mencapai 11,06% atau turun 0,04% dari bulan sebelumnya.

Turunnya inflasi terimbas dari turunnya harga BBM, untuk harga BBM berdasarkan perhitungan dari BPS mengalami deflasi sebesar 0,44%. Sementara yang harganya naik cukup besar adalah beras dengan tingkat inflasi mencapai 0,099%.

Saturday, January 3, 2009

Nelayan Cirebon Budidaya Kerang Hijau


CIREBON : Sebanyak 20 rumpon atau bagang kerang mulai ditanam oleh nelayan Kota Cirebon di sepanjang pesisir pantai Cirebon. Mereka mulai mencoba untuk membudidayakan kerang hijau sebagai sumber pendapatan alternatif disaat musim paceklik mendapatkan tangkapan ikan laut.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Cirebon Enjo Suhardjo mengatakan budidaya kerang hijau dengan menanam bagang sudah dilakukan sejak minggu lalu dan sudah mulai terlihat hasilnya.

“Baru satu minggu sudah nampak ada benih kerang hijau yang menempel pada bambu bagang, ini menunjukan budidaya kerang hijau di pesisir Cirebon layak dilakukan,” katanya.

Hingga hari ini, nelayan yang terdiri dari 100 orang nelayan pembudidaya kerang hijau baru menanam sebanyak empat bagang. Seluruh bagang diperkirakan baru akan selesai pertengahan bulan.

Sementara itu menurut Enjo, dari satu bagang akan dikelola oleh 20 nelayan. Panen pertama kerang hijau sendiri baru terjadi setelah enam bulan sejak penanaman pertama, panen selanjutnya dilakukan setiap tiga bulan sekali.

“Selama satu tahun produksi kerang hijau dari satu bagangt bisa mencapai 12 ton, sebuah budidaya yang menguntungkan karena biaya pembuatan satu bagang hanya Rp5-Rp10 juta saja,” katanya.

Jika harga kerang hijau minimal Rp1.500 per kg, dengan perkiraan total produksi 12 ton maka omzet satu bagang mencapai Rp18 juta.