Popular Posts

Thursday, October 15, 2009

Produksi Gula Jabar Turun

CIREBON : Produksi gula kristal putih milik petani tebu rakyat Jawa Barat yang dijual melalui system lelang pada tahun ini turun drastis jika dibandingkan dengan produksi tahun 2008 lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis, total gula hasil produksi petani tebu rakyat tahun ini termasuk yang akan dilelang hari ini (Jumat,9/10) tercatat mencapai 225.523 kuintal.
Jumlah produksi gula tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produksi tahun 2008 yang mencapai 373.185 kuintal.
Ini berarti produksi gula petani Jawa Barat pada tahun 2009 turun sebanyak 147.662 kuintal atau turun sebesar 65,47%.
Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Anwar Asmali mengatakan produksi gula tahun ini turun karena dua pengaruh utama yaitu berkurangnya lahan dan gangguan alam yang membuat turunnya rendemen tebu.
“Rendemen tebu petani yang menanam di wilayah timur Cirebon masih bagus bahkan naik, namun petani di wilayah barat Cirebon, seperti Majalengka turun,” katanya.
Anwar menyatakan rendemen tebu di tiga pabrik wilayah timur Cirebon yakni Karang Suwung, Tersana Baru dan Sindang laut tahun ini naik dari sekitar 6% menjadi 7%.
Sementara rendemen tebu untuk tebu yang digiling di PG Jatitujuh Majalengka tahun ini turun dua poin dari 8% menjadi sekitar 6%.
“Turunnya rendemen tebu berarti membuat hasil produksinya juga turun, ini menjadi penyebab utama produksi gula petani juga turun,” katanya.
Menurut Anwar, kecilnya rendemen karena gangguan alam terutama faktor kekeringan. Untuk itu dia berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan waduk Jati Gede untuk mengatasi persoalan kekeringan tersebut.
Penyebab semakin berkurangnya hasil produksi tebu rakyat lainnya adalah semakin berkurangnya lahan tanaman tebu.
Berkurangnya lahan tebu disebabkan banyak petani yang mengalihkan komoditas tanaman tebu dengan tanaman lain seperti padi.
“Sekitar 20% lahan tebu yang ditanam tahun 2007 dan 2008, pada tahun ini tidak lagi menanam tebu, petani memilih menanam padi atau komoditi lain,” ujarnya.
Selain perubahan komoditi tanaman, berkurangnya lahan juga karena sebagian lahan tebu berubah menjadi jalan tol.
Saat ini total lahan tanaman tebu rakyat di wilayah Jabar mencapai 12.000 hektare.
Meski demikian, kata Anwar, tahun ini petani tebu malah merasakan keuntungan besar dari tanaman tebu. Karena meski produktifitas turun namun petani tertolong oleh harga gula ditingkat lelang yang relatif tinggi.
Petani tebu yang merugi hanya dialami oleh petani yang menanam tebu di wilayah Majalengka.
Pada tahun 2008 lalu harga gula ditingkat lelang maksimal mencapai Rp5.100 per kg, namun pada panen tahun ini harga gula lelang bisa mencapai lebih dari Rp8.000 per kg.
Harga gula bahkan sempat mencapai yang tertinggi pada lelang ke tujuh yakni mencapai Rp8.605 per kg.
Anwar berharap dengan semakin membaiknya harga gula ditingkat petani maka tahun depan petani tebu yang mengalihkan lahannya untuk ditanami komoditas lain bisa kembali menanam tebu.
Sementara itu terkait produksi gula di lahan milik PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia), Anwar menyatakan belum menerima laporan secara utuh.
Sementara itu General Manager PG Jatitujuh Majalengka Bambang Eka menyatakan produksi gula dipabriknya sudah selesai sejak awal September lalu dengan total produksi mencapai 21.000 ton

No comments:

Post a Comment