Popular Posts

Wednesday, June 10, 2009

Ekspor Ikan Cirebon Masih Jalan Meski Sulit Bahan Bakunya


CIREBON : Pasokan bahan baku yang kurang dan pergerakan kurs rupiah
terhadap dolar masih menjadi kendala utama ekportir ikan asal Kota
Cirebon.

Direktur PD. Sambu Budiono Go mengatakan eksportir sangat tergantung
dari pasokan ikan dari nelayan, namun kini nelayan Cirebon sudah
semakin sulit mendapatkan ikan.

"Pasokan ikan dari nelayan Kota Cirebon sudah semakin sedikit, tentu
mengganggu rencana ekspor ikan," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

PD Sambu merupakan salah satu perusahaan pengolahan ikan yang seluruh
hasil olahannya diekspor. Negara tujuannya terutama adalah China dan
sebagian lainnya untuk Hongkong dan negara Asia lain.

Karena sulit mendapatkan pasokan ikan dari Cirebon, kata dia, pasokan
ikan laut kini lebih banyak diperoleh dari nelayan di Tegal,
Pekalongan dan Pemalang Jateng.

Namun, diakui Budiono, meski pasokan bahan baku masih seret, rata-rata
ekspor ikan setiap bulannya mencapai 5 kontainer atau sekitar 100 ton
per bulan. Jenis ikan yang diekspor antara lain ikan kurisi,
acang-acang dan remang.

"Kami sudah tidak lagi kesulitan untuk ekspor langsung ke China
melalui Jakarta. Semua persyaratan termasuk HASAP sudah dimiliki,"
katanya.

Budiono menambahkan selain bahan baku, kurs rupiah terhadap dolar juga
sangat mempengaruhi pemasukan perusahaannya.

Sementara itu Kasie Perikanan pada Dinas Kelautan, Pertanian,
Perikanan dan perkebunan (DKP3) Kota Cirebon Dedi Supriadi mengatakan
hingga April nelayan di Kota Cirebon memang masih kesulitan
mendapatkan ikan karena gangguan gelombang tinggi meski sebenarnya
saat ini sedang musim ikan dilaut.

"Selain itu, biasanya ikan hasil tangkapan nelayan dipasok ke pabrik
di Jakarta bukan untuk pabrik Cirebon sehingga memang menyulitkan
pasokan bahan baku pabrik pengolahan ikan di Cirebon," katanya.

Dedi menambahkan Kota Cirebon memiliki 5 eksportir pengolahan hasil
laut, 4 eksportir berlokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Kejawanan, yaitu PT Pan Putra Samudera dan PD Sambu. Dua ada di
Kelurahan Panjungan yaitu PT Sheraton dan PD Jaya Sakti dan satu PT
Biotech Surindo dibidang pengelolaan Chitin untuk bahan baku Chitosan.

"Saya sempat khawatir dengan PD Sambu.Namun dengan perbaikan pabrik
dan HASAP perusahaan ini bisa langsung ekspor ke China. Sementara
Sheraton urung ekspor dan memilih untuk kawasan lokal saja," katanya.

Dedi menyebutkan selama tahun 2008 total produksi perikanan tangkap
mencapai 2.433 ton atau sebulannya mencapai lebih dari 200 ton dengan
nilai mencapai Rp5,79 miliar pertahun.

Selama musim gelombang tinggi,kata dia, separuh kapal penangkap ikan
yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Kejawanan Nusantara (PPKN) tidak
melaut atau hanya sebanyak 30 kapal dari total 65 kapal berukuran 10 -
115 GT.

"Dengan asumsi hanya 30 kapal yang melaut maka sejak November hingga
Februari, produksi ikan tangkap berkurang separuhnya, atau hilang
sekitar 400 hingga 450 ton."

No comments:

Post a Comment