Popular Posts

Friday, December 26, 2008

Batik Paseban Kuningan, Jabar

Batik Paseban Cigugur Kuningan, keberadaannya semakin menampakan jati dirinya. Selama enam tahun sebuah penelusuran yang panjang dilakukan oleh P.Djatikusumah untuk menghidupkan kembali warisan leluhurnya.

Pangeran Djatikusumah melakukan penelusuran batik Paseban yang dianggap punah. lewat pendalaman jiwa seninya yang ditemukan melalui ukir dan relief . Jika dicermati batik Paseban memiliki karakter yang berbeda dengan batik yang telah ada di Jawa Barat, khususnya Garut dan Cirebon yang terkenal dengan motif Wadasan.

Dia memprakarsai penelusuran ini karena panggilan jiwa seninya dan tanggungjawab terhadap warisan budaya batik yang telah menjadi kebanggaan dunia.

"Kami selain menjaga dan melestarikan milik leluhur, juga menjaga asset bangsa ini, agar anak-anak kita paham kalau kita memiliki kekayaan budaya,"

Menurut dia, proses ini dilakukan sejak tahun 2003 dengan menggali dan meng-eksplorasi batik-batik itu dan terkumpul sebanyak 200 motif batik Paseban.
Motif-moif yang telah direproduksi dari hasil penggaliannya diantaranya, Mayang Segara, Geger Sunten, Oyod Minggang, Aduh Manis,Rereng Pwah Aci, Sekar Galuh dan Rereng Kujang.

Dikatakan, batik masih mendapat tempat di hati masyarakat, terlebih wisatawan mancanegara maupun domestik dan pemerhati batik merasa tertarik dengan batik Paseban. Hal itu setelah beberapa kali mengadakan promosi seperti pameran-pameran.

"Promosi kami bukan seperti pengusaha batik yang mapan kang, tapi kami yakin, bahwa ini adalah warisan budaya bangsa yang perlu untuk diperkenalkan kembali khususnya kepada masyarakat Kuningan," tutur Tati, salah seorang putri P. Djatikusumah.

Walau dalam skala kecil, batik Paseban memiliki prospek usaha yang signifikan, hal ini ditunjang oleh pengrajin kaum ibu serta masyarakat. Bahkan ada yang dikerjakan di rumah masing-masing.

Pengerjaan batik berawal dari merancang desain, kemudian melukiskannya pada selembar kain putih baik Prima Sima maupun Primis Sima, kemudian dilakukan merengreng atau melukis dengan malam di atas kain.

Tahap berikutnya menutup atau nembok, proses ini berkaitan dengan pewarnaan. Setelah proses ini, kemudian dilanjutkan pencelupan kain yang telah tertutup malam secara keseluruhan.

"Tahap demi tahap yang rumit ini jika tidak dilakukan dengan cermat dan teliti, akan menemukan ketidak sempurnaan pada hasil akhir dari proses pembatikan yang dilakukan secara manual (tradisional). Memang di sanalah keindahan sebuah batik tulis," papar Tati.

Batik sebagai warisan budaya, keberadaannya sangat strategis karena berkaitan dengan industri kain, juga tata busana. Sebagai hasil industri, batik memliki nilai startegis karena mampu menyerap tenaga kerja.

"Pada sisi lain batik mempuyai nilai historis yang tolok ukurnya pada rasa kebanggaan sebagai bangsa yang memiliki nilai budaya yang adiluhung. Sebagai milik bangsa batik tentunya memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat kita," kata Tati..

Nilai budaya serta kesakralan saat orang memakai busana motif batik menaikan citra tersendiri. Batik Paseban setahap demi setahap sampai pada tujuan akhirnya yaitu meramaikan perbatikan Nasional.

Terlebih dengan kemunculan di Cikeas-Bogor dalam acara Pameran Pengrajin yang dihadiri oleh Ibu Ani Yudhoyono beberapa waktu yang lalu. Batik Paseban telah mewarnai peta perbatikan di tanah air.

No comments:

Post a Comment