Popular Posts

Thursday, October 15, 2009

Kiriman Uang TKI Asal Cirebon Capai Ratusan Miliar

CIREBON : Jumlah kiriman uang dari tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui layanan Western Union (WU) di Kantor Pos Cirebon hingga triwulan ke tiga (Januari-September) tahun ini mencapai lebih dari Rp255,5 miliar.
Wakil Kepala Kantor Pos Cirebon Taupik Suhendar menyebutkan jumlah transaksi tertinggi terjadi pada bulan September atau selama bulan Ramadan dimana para jumlah transaksinya juga meningkat hingga 100% dibandingkan bulan biasa.
“Transaksi pada bulan Januari 2009 hanya mencapai 6.703 sementara bulan September naik menjadi 12.479 kali transaksi,” katanya.
Menurut Taupik, selama bulan Januari hingga Juli transaksi atau jumlah kiriman uang rata-rata mencapai Rp23-Rp24 miliar. Kiriman mulai naik pada bulan Agustus dan September.
“Pada bulan Agustus kiriman uang dari TKI mencapai Rp31,2 miliar dan kembali naik pada bulan September sekitar Rp41,274 miliar."
Taupik menjelang hari raya, transaski pengambilan uang dari kerabat TKI di kantor pos Cirebon naik hingga 200% sehingga dibuka loket pembayaran di dua tempat. Biasanya, kata dia, untuk melayani transaksi WU hanya dilakukan di satu loket saja.
Sementara terkait asal kiriman, menurut data di kantor pos tersebut, pengiriman terbanyak masih didominasi dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan Oman yang mencapai 60% lebih dari total pengiriman dan sisanya berasal dari Malaysia, Korea, dan Hong Kong. Sementara itu, pengiriman dari negara lain jumlahnya tidak terlalu signifikan.
Pengiriman uang para TKI diperkirakan akan turun pada bulan Oktober namun diperkirakan akan naik lagi menjelang Idul Adha, meski jumlahnya tidak akan setinggi kiriman saat lebaran.
Diakui Taupik, kiriman TKI sebenarnya bisa lebih besar lagi karena selain melalui kantor Pos, banyak TKI yang mengirimkan uang melalui bank.
Namun dipastikan, transaksi WU lebih banyak melalui layanan pos karena PT Pos sudah menjangkau hampir 100% persen kecamatan.
Sementara itu data secara nasional , transaksi WU melalui PT Pos selama tahun 2009 hingga bulan Juli mencapai Rp4,8 triliun dengan jumlah transaksi mencapai 1,5 juta transaski.
Transaksi WU hingga akhir tahun ini diprediksi bisa mencapai Rp 7-9 triliun.

Produksi Gula Jabar Turun

CIREBON : Produksi gula kristal putih milik petani tebu rakyat Jawa Barat yang dijual melalui system lelang pada tahun ini turun drastis jika dibandingkan dengan produksi tahun 2008 lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis, total gula hasil produksi petani tebu rakyat tahun ini termasuk yang akan dilelang hari ini (Jumat,9/10) tercatat mencapai 225.523 kuintal.
Jumlah produksi gula tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produksi tahun 2008 yang mencapai 373.185 kuintal.
Ini berarti produksi gula petani Jawa Barat pada tahun 2009 turun sebanyak 147.662 kuintal atau turun sebesar 65,47%.
Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Anwar Asmali mengatakan produksi gula tahun ini turun karena dua pengaruh utama yaitu berkurangnya lahan dan gangguan alam yang membuat turunnya rendemen tebu.
“Rendemen tebu petani yang menanam di wilayah timur Cirebon masih bagus bahkan naik, namun petani di wilayah barat Cirebon, seperti Majalengka turun,” katanya.
Anwar menyatakan rendemen tebu di tiga pabrik wilayah timur Cirebon yakni Karang Suwung, Tersana Baru dan Sindang laut tahun ini naik dari sekitar 6% menjadi 7%.
Sementara rendemen tebu untuk tebu yang digiling di PG Jatitujuh Majalengka tahun ini turun dua poin dari 8% menjadi sekitar 6%.
“Turunnya rendemen tebu berarti membuat hasil produksinya juga turun, ini menjadi penyebab utama produksi gula petani juga turun,” katanya.
Menurut Anwar, kecilnya rendemen karena gangguan alam terutama faktor kekeringan. Untuk itu dia berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan waduk Jati Gede untuk mengatasi persoalan kekeringan tersebut.
Penyebab semakin berkurangnya hasil produksi tebu rakyat lainnya adalah semakin berkurangnya lahan tanaman tebu.
Berkurangnya lahan tebu disebabkan banyak petani yang mengalihkan komoditas tanaman tebu dengan tanaman lain seperti padi.
“Sekitar 20% lahan tebu yang ditanam tahun 2007 dan 2008, pada tahun ini tidak lagi menanam tebu, petani memilih menanam padi atau komoditi lain,” ujarnya.
Selain perubahan komoditi tanaman, berkurangnya lahan juga karena sebagian lahan tebu berubah menjadi jalan tol.
Saat ini total lahan tanaman tebu rakyat di wilayah Jabar mencapai 12.000 hektare.
Meski demikian, kata Anwar, tahun ini petani tebu malah merasakan keuntungan besar dari tanaman tebu. Karena meski produktifitas turun namun petani tertolong oleh harga gula ditingkat lelang yang relatif tinggi.
Petani tebu yang merugi hanya dialami oleh petani yang menanam tebu di wilayah Majalengka.
Pada tahun 2008 lalu harga gula ditingkat lelang maksimal mencapai Rp5.100 per kg, namun pada panen tahun ini harga gula lelang bisa mencapai lebih dari Rp8.000 per kg.
Harga gula bahkan sempat mencapai yang tertinggi pada lelang ke tujuh yakni mencapai Rp8.605 per kg.
Anwar berharap dengan semakin membaiknya harga gula ditingkat petani maka tahun depan petani tebu yang mengalihkan lahannya untuk ditanami komoditas lain bisa kembali menanam tebu.
Sementara itu terkait produksi gula di lahan milik PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia), Anwar menyatakan belum menerima laporan secara utuh.
Sementara itu General Manager PG Jatitujuh Majalengka Bambang Eka menyatakan produksi gula dipabriknya sudah selesai sejak awal September lalu dengan total produksi mencapai 21.000 ton

Investor Saham Cirebon Bukukan Transaksi Rp111 Miliar

CIREBON : Nilai transaksi investor dari wilayah Cirebon yang bertransaksi di Pusat Informasi Pasar Modal (PIMP) PT Bursa Efek indonesia (BEI) perwakilan Kota Cirebon hingga akhir September 2009 mencapai Rp111,63 miliar.
Kuasa Perwakilan PIPM PT BEI wilayah Cirebon Ariffianto mengatakan transaksi yang dilakukan oleh investor saham asal Cirebon setiap bulannya terus meningkat baik dari segi nilai maupun jumlah investornya.
“Setiap bulan selalu saja ada investor baru yang masuk, September ada tiga yang masuk sehingga saat ini investor aktif mencapai 33 orang,”katanya.
Ariffianto mengatakan hampir setiap hari investor sering berkunjung ke PIPM untuk memantau perkembangan saham emiten yang diperdagangkan di bursa.
Terlebih jika terjadi fluktuasi harga pada saham tertentu, seperti halnya saham Bumi.
Menurut Arif, hampir semua investor di Cirebon memiliki saham Bumi, sehingga saat sahamnya terjadi gejolak banyak investor yang datang untuk terus memantau perkembangannya.
Dari dua perusahaan sekuritas yakni PT Trimegah Securities dan PT Wanteg Securindo rata-rata transaksi yang dilakukan investor setiap bulannya mencapai Rp15-Rp20 miliar.
Porsi transaksi terbesar masih dimiliki Trimegah Securitas yakni 80 %perbanding 20% dengan Wanteg.
Sementara itu Edison Hulu, Chief Economist PT BEI mengatakan Cirebon sebenarnya memiliki pengusaha yang sangat potensial untuk masuk dalam perdagangan bursa.
“Saya melihat perekonomian Cirebon relative maju, masih banyak pengusaha rotan dan batik yang kaya,” katanya.
Dia berharap perdagangan bursa saham oleh investor dari Cirebon akan terus meningkat.

Sandal Karet dari Plered dan Plumbon, Cirebon


Melintasi jalan raya pantura, tepatnya di sepanjang jalan by pass antara Plumbon --Plered Kabupaten Cirebon, di kanan dan kiri jalan sejumlah rumah toko (ruko) nampak tumpukan sandal busa (spon) warna-warni yang menggunung.
Sandal ditata tak beraturan dengan dibungkus plastik bening. Setiap bungkus berisi satu kodi pasang sandal.
Sementara sejumlah pekerja sedang memasukan sandal warna-warni berbagai ukuran dalam mobil box, siap untuk dikirim keluar Cirebon.
Plumbon dan Plered, sudah dikenal sebagai salah satu lokasi atau sentra produksi sandal. Meski bahan baku didapat dari luar daerah tersebut yaitu dari Tasik dan Tanggerang, namun diyakini warga setempat, produksi sandal terbesar berasal dari Cirebon.
Ada berbagai jenis sandal yang diproduksi, mulai dari sandal hotel,sandal mainan anak-anak, hingga sandal kulit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemkab Cirebon, industri sandal busa dan karet tersebut berkembang di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon dan Desa Panembahan Kecamatan Plered. Saat ini tercatat 200 unit usaha yang menyerap 2.000 lebih tenaga kerja Wawan Ermawan, salah seorang warga Plumbon yang masih tetap bertahan
dengan usahanya membuat sandal.
Dengan merek “Zebra Mandiri”, usaha rumahannya di Jl. Raya Kebarepan, Plumbon, dia dan istrinya May Hasanah sejak tahun 2000 mulai menggeluti usaha pembuatan sandal busa.
Rumahnya tidak terlalu besar, namun belasan pekerja kebanyakan ibu-ibu warga sekitar atau tetangga rumahnya nampak tekun sedang membuat sandal. Ada yang sedang mencetak, menggunting, mengelem dan membuat pola.
Saat ini sudah banyak langganan hotel atau dinas-dinas yang memesan sandal buatan mereka untuk souvenir bagi tamu atau pejabat yang berkunjung ke Cirebon.
“Alhamdulillah saya masih bisa bertahan dengan usaha sandal ini,” kata
May Hasanah.
Ucapan yang terkesan khawatir tersebut bisa dimaklumi, karena di sejak dia memulai usaha pembuatan sandal, sudah beberapa rekan sejawat yang bangkrut dan berpindah usaha lain.
“Ketekunan dan inovasi kuncinya,” tegas May Hasanah.
Menurut dia, usaha pembuatan sandal secara tradisional harus bisa bersaing dengan usaha serupa dengan skala pabrikan serta sandal impor asal China.
Cara tetap bisa bertahan di pasar, banyak inovasi yang dilakukannya.
Diantaranya menerima pembuatan sandal yang bisa dituliskan sebuah nama pemiliknya dari bahan karet.
“Sandal nama kini sedang tren, pesan satu pasang pun bisa kami layani,” katanya.
Wawan dan May Hasanah bisa memproduksi sandal berbagai jenis dan ukuran sebanyak 500 pasang setiap harinya.
Produksinya bertambah dua kali lipat saat menjelang Lebaran kemarin. Keuntungan lumayan pun berhasil didapat.
Sejumlah hotel di wilayah Cirebon yang mempercayakan pembuatan sandal hotel kepada mereka a.l. Hotel Zamrud dan Hotel Grage Sangkan Kuningan.
Kini setelah hampir sepuluh tahun menggeluti usaha pembuatan sandal, Wawan dan May Hasanah selalu diberikan kepercayaan oleh Pemkab Cirebon untuk ikut berpameran dalam berbagai event pameran lokal dan nasional.
Ketika ditanay apakah ada rencana untuk ekspor? mereka menyatakan masih ingin memenuhi pasar lokal saja.
Mereka masih enggan untuk ekspor sandal. Penyebabnya, mereka pernah ditipu oleh eksportir asal Nigeria.
“Dulu pernah dipesan orang Nigeria, tapi setelah barang dikirim pembayarannya sulit. Banyak alasan, mulai dari ukuran salah, warna tidak pas dan lain-lain. Sekarang kapok, Cukup main di pasar lokal saja.”

BB Gemini Diserbu Peminat

CIREBON : Peluncuran BlackBerry Gemini diperkirakan akan semakin meningkatkan pengguna BlackBerry termasuk di wilayah Cirebon.
Koordinator Direct Sales Indosat Cabang Cirebon Asep Wawan mengatakan pemesan pembelian BlackBerry Gemini hingga kemarin telah mencapai 6.000 orang.
"Indosat hanya menyiapkan 5.000 BB Gemini secara nasional, penawaran
sampai 24 Oktober tapi pemesanan sudah melebihi kuota," katanya.
Menurut Asep, pemesanan BB Gemini dilakukan melalui web site Indosat atau melalui kartu kredit HSBC sehingga peminat mudah untuk mendaftar.
"Untuk Cirebon mungkin masuk pesanan sekitar 100 orang."
Selain adanya varian baru dengan harga lebih murah dari varian sebelumnya, pengguna BlackBerry juga tidak khawatir dengan layanan sales service.
Perbaikan atas kerusakan hardware BlackBerry sudah bisa dilakukan di Jakarta tidak di Singapura. Sementara untuk perbaikan kerusakan software bisa dilakukan di setiap cabang Indosat.
Pengguna BlackBerry di Cirebon terus bertambah juga karena banyak pebisnis yang sangat membutuhkan kemudahan akses data, khususnya pebisnis rotan.
Hal itu dapat terlihat dari keanggotaan beberapa komunitas pemakai BlackBerry di Kota Cirebon yang banyak didominasi pengusaha rotan.
Agus Ginner, Koordinator Cirebon BlackBerry Community (CBBC)mengatakan pertumbuhan pengguna BlackBerry di Cirebon dalam setahun terakhir meningkat pesat, hingga 200%.
"Saat ini anggota aktif CBBC mencapai 98 orang, belum komunitas lainnya," ujar dia.
Di Cirebon paling tidak ada tiga komunitas pengguna BlackBerry, yakni CBBC, Cirebon Berry dan Kudna BB.
Menurut Agus, anggotanya banyak terdiri dari pekerja profesional swasta atau BUMN seperti di bidang rotan, pabrik, pegawai BUMN dll.
Agus menyatakan 70% anggota CBBC menggunakan BlackBerry untuk keperluan bisnis mereka terutama untuk keperluan kirim data dan email.
Dia menambahkan, pengguna BlackBerry di Cirebon akan naik lagi setelah muncul varian baru yang murah namun kualitasnya relatif bagus. Diluar keanggotaan CBBC, diperkirakan pengguna BlackBerry di Cirebon baik yang memakai nomor Indosat, Telkomsel atau XL bisa mencapai 600-700 orang.
"Apalagi pengguna sudah bebas memilih, mau berlangganan atau pra bayar. Saat ini trend pengguna lebih memilih pra bayar karena bebas mengatur pengeluaran untuk blackberry."

Ekspor Ikan Jabar Hingga Agustus 2009, Capai 13,94 Juta US$

CIREBON : Volume ekspor hasil perikanan dari Jawa Barat tahun ini dipastikan jauh lebih besar dari pada total ekspor tahun 2008.
Menurut data yang diperoleh dari Balai Pembinaan dan Pengujian MutuHasil Perikanan (BPMHP) Jabar yang berkedudukan di Kota Cirebon, nilai ekspor pada tahun 2008 mencapai 5.934.38 ton. Sementara ekspor yang tercatat hingga Agustus 2009 sudah mencapai 6.168,72 ton.
Kepala BPPMHP Adang Sumarno menyebutkan perusahaan eksportir ikan tersebut berasal dari Cirebon, Purwakarta, Indramayu, Bogor dan Karawang.
“Tercatat sebanyak 363 sertifikat ekspor yang dikeluarkan oleh BPPMHP di Cirebon,” katanya kemarin.
Berdasarkan catatan tersebut, meski volume mengalami peningkatan atau lebih besar dari tahun lalu, namun nilai hasil perikanan yang diekspor masih kalah dibanding tahun 2008.
Ekspor ikan selama tahun 2008 mencapai 16.607.270 US$ sementara ekspor hasil perikanan Jabar melalui BPPMHP Cirebon tahun ini (hingga Agustus) baru mencapai 13.940.051 US$.
Perbedaan harga tersebut disebabkan karena kurs dolar AS yang selalu berubah-ubah serta tergantung dari jenis komoditi yang diekspor.
Pada tahun ini, ekspor hasil perikanan lebih banyak didominasi oleh jenis ikan beku sementara ekspor rajungan atau udang jumlahnya tidak terlalu besar. Hal itu disebabkan eksportir rajungan atau kepiting soka terimbas krisis ekonomi yang terjadi di Amerika.
Ekspor jenis rajungan kaleng atau kepiting soka beku hanya ditujukan kepada Amerika. Eksportir berasal dari Kabupaten Bogor, Purwakarta dan Indramayu dengan total volume ekspor mencapai 842,36 ton.
Sementara ekspor ikan lainnya yakni berbagai jenis ikan seperti layur, kambing-kambing serta cumi, kerang,udang dan paha kodok. Negara tujuan ekspor masih didominasi Jepang, Korea dan China serta sebagian Vietnam dan Belgia.
“Dari data sementara hingga Agustus menunjukan adanya peningkatan volume ekspor ikan. Diawal tahun memang ada beberapa kendala seperti krisis di Amerika dan ketatnya perijinan. Namun pertengahan tahun bisa diatasi,” kata Adang.
Sementara itu hasil produksi tangkapan ikan laut oleh nelayan Kota Cirebon hingga akhir September mencapai 1.766,1 ton.
Kasie Perikanan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Perkebunan (DKP3) Kota Cirebon Dedi Supriadi mengatakan hasil tangkapan ikan dari nelayan Kota Cirbeon tidak seluruhnya dipasok untuk keperluan ekspor.
“Di Kota Cirebon hanya ada tiga perusahaan perikanan yang rutin ekspor, tetapi untuk jenis ikan tertentu, seperti rajungan, ikan layur, kambing-kambing dll,” katanya.
Dia menambahkan ekspor perikanan dari ketiga perusahaan tersebut masih aman dan berlangsung relative lancer meski sempat terganggu saat
Amerika menolak ekspor rajungan karena daya beli Negara itu turun.
“Saat ini ekspor ikan sudah normal lagi, termasuk ekspor rajungan kaleng dari Cirebon untuk tujuan Amerika,” tambah Dedi.